Jumat, 17 Desember 2010

Warga Koto Manggamat Kritis Diamuk Gajah

* Sebagian Telinga Korban Putus
Wed, Dec 15th 2010, 10:58


Syamsuddin (38) warga Desa Koto Manggamat, Kluet Tengah, Aceh Selatan dirawat di RSUYA Tapaktuan akibat cedera setelah diamuk gajah di Dusun Pawoh, Senin (13/12) sekitar pukul 24.00 WIB.SERAMBI/AZHARI

TAPAKTUAN - Syamsuddin (38) warga Desa Koto Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka serius akibat diamuk gajah. Dalam peristiwa yang terjadi di kebun miliknya, Senin (13/12) tengah malam lalu itu, sebagian daun telinga korban dilaporkan putus.

Camat Kluet Tengah Muhammad Hasbi, yang didampingi Keuchik Koto Manggamat Hibbahir, kepada Serambi, Selasa (14/12), menceritakan bahwa peristiwa amukan gajah yang menimpa warga Koto Manggamat itu terjadi saat warga sedang tertidur pulas, setelah seharian menjaga tanamannya yang selama ini sering diganggu binatang bertubuh besar itu.

Syamsuddin yang juga sedang tidur sendirian di gubuk berukuran 2 x 2 meter di kebunnya di Dusun Pawoh, yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan naik perahu robin itu, tiba tiba terbangun dari tidur karena terkejut dengan suara gerusan di pintu gubuknya. Melihat seekor gajah sedang merusak gubuknya, korban terperanjat dan berusaha lari untuk menyelamatkan diri.

Tapi naas, ketika Syamsuddin hendak keluar dari gabuk miliknya itu, seekor gajah sudah berdiri di pintu untuk menghadangnya. Seketika itu juga korban ditarik dengan belalainya yang panjang dan dibanting beberapa kali hingga tak berdaya. Setelah gajah pergi meninggalkannya, Syamsuddin pun berteriak minta tolong.

Warga yang mendengar suara jeritan minta tolong itu langsung keluar dari gubuknya menghampiri korban yang sudah tergeletak dengan mengeluarkan darah segar di bagian telinga sebelah kanan, yang sebagian tampak sudah putus.

Melihat kondisi korban yang sudah pingsan itu, warga lalu membawanya ke satu gubuk milik petani lainnya yang tak jauh dari lokasi kejadian. Setelah siang korban dievakuasi ke puskesmas dan akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Umu Yuliddin Away (RSUYA) Tapaktuan dengan mobil ambulance.

Informasi terakhir yang diterima Serambi, kondisi ayah dua orang anak yang beristrikan Hasanah itu sudah mulai membaik. Selain mengalami luka di bagian belakang kepala, muka dan luka lecet di bagian paha sebelah kanan, amukan gajah itu juga mengakibatkan sebagian daun telinga sebelah kanannya hilang. “Kondisi korbgan sudah mulai membaik, kedua kakinya sudah bisa digerakkan, tapi hingga kini korban masih trauma,” kata Keuchik Koto Hebbahir.

Menyusul amukan gajah yang menimpa warga Koto Manggamat itu, para petani yang berkebun nilam, cabai dan tanaman palawija lainnya di Dusun Pawoh itu terpaksa meninggalkan kebunnya. Mereka takut amukan gajah akan kembali terjadi menimpa mereka. “Kita mengharapkan agar pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera menanggulanginya, agar warga dapat beraktivitas kembali seperti biasa,” pungkas Hebbahir.(az)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 12 Desember 2010

Ratusan Hektar Tanaman Hancur

Kawanan Gajah Mengamuk

Thu, Dec 9th 2010, 09:20

TAPAKTUAN - Sekawanan gajah liar dalam tiga hari terakhir dilaporkan kembali mengamuk di kawasan pedalaman Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Ratusan hektar tanaman dan sembilan unit gubuk warga berserta isinya hancur diobrak-abrik binatang berbelalai itu.

Kepela Desa Koto, Hibbahir dan Kades Kampung Sawah Mustaruddin, Rabu (8/12) melaporkan, gajah liar tersebut masuk ke sejumlah perkampungan penduduk di delapan desa dalam Kecamatan Kluet Tengah, yakni Desa Koto, Lawe Melang, Kampung Sawah, Kampung Padang, Pulo Air, Aluer Kejruen, Mersak dan Malaka. Selain merusak ratusan hektar tanaman padi, kelapa sawit, pinang, kelapa, pisang, coklat dan tanaman palawija milik warga, binatang berbelalai itu juga menghancur sembilan unit gubuk petani setempat beserta isinya, termasuk beras, susu dan garam. Gubuk yang menjadi sasaran yaitu milik Adisyah, Masripin, Jaluddin, M Hamzah, Hasan Basri, Amin Lubis, Zainal Agara, Cut Bidin, M Din, Nasrun dan Abdul Wahab.

Bukan itu saja, kawanan gajah yang berjumlah antara empat hingga enam ekor itu juga mulai mengejar warga pada malam hari. Hal ini dialami Musbin (47), Urumuddin (54), keduanya warga Desa Koto, Abdul Majid (50) dan M Syukur (30), warga Desa Kampung Padang.

Hibbahir dan Mustaruddin mengakui sudah melakukan pengusiran bersama dengan menyalakan obor dan membunyikan meriam bambu, namun upaya pengusiran secara tradisonal itu belum membuahkan hasil. Malah binatang bertubuh besar itu semakin mengganas dan mengejar-ngejar warga.

Insiden itu, telah membuat para petani dari berbagai desa yang berkebun di kawasan pedalaman itu, terpaksa meninggalkan tanaman garapannya yang siap panen, dan mengungsi ke kampung halamannya masing-masing. Mereka takut akan terulang kembali peristiwa yang menimpa Salehuddin (30) warga Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, yang tewas diinjak gajah liar, akhir Juli 2010 lalu saat sedang memancing ikan bersama temanya di Sungai Lawe Melang.

Didampingi tokoh masyarakat Kluet Tengah, Sadi Amrita Hibbahir dan Mustaruddin mengatakan, keganasan gajah di kawasan pedalaman ini bukan yang pertama, namun sudah berlangsung sejak tahun 2005. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang paling bertanggung terhadap gangguan gajah itu, terkesan belum mengambil langkah antisipasi.”Masyarakat tidak bisa lagi bercocok tanam. Kami mengharapkan kepada pemerintah atau instansi terkait untuk segera menanggulangi gangguan gajah tersebut,” ujar Hibbahir. (az)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 09 Desember 2010

Wanita Duel Satu Jam dengan Babi

* Tangan dan Pinggul Luka Parah
Wed, Dec 8th 2010, 09:07


Kasmi (39) warga Desa Seleukat, Bkongan Timur, Aceh Selatan, mengalami luka para di bagian tangan dan punggung akibat di gigit babi hutan, Jumat (3/12). Ibu dua anak itu kini masih dirawat intensif di RSUYA Tapaktuan. SERAMBI/AZHARI

TAPAKTUAN - Luar biasa! Ny Kasmi (39) warga Desa Seleukat, Kecamatan Bakongan Timur (Bakotim), Kabupaten Aceh Selatan, terpaksa dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami luka parah setelah diseruduk seekor babi hutan saat sedang mencari kayu bakar di kebun kelapa, Jumat (3/12).

Kasmi ketika dibesuk, Senin (6/12) di ruang rawat bedah RSUYA Tapaktuan, mengatakan, peristiwa tersebut terjadi, Jumat (3/12) sekitar pukul 09.00 WIB di kebun kelapa milik saudaranya Husna.

Entah bagaimana ketika sedang memasak nasi untuk makan siang di depan pondok itu, tiba-tiba muncul seekor babi hutan menuju ke arahnya. Begitu melihat ada seekor babi yang sudah mendekat korban lari mengambil parang kemudian menancapkannya ke badan babi hutan itu hingga berulang kali. Namun upaya membela diri yang dilakukan korban tidak membuahkan hasil, malahan babi setinggi 1 meter itu semakin ganas dan balik menyeruduk korban hingga tersungkur.

Bak seorang matador yang sedang bertarung dengan banteng, ibu dua orang putra bersuamikan Mukhtaruddin itu terus melakukan perlawanan. Walaupun sudah mengalami luka gigitan di lengan kiri dan kanan. Wanita tersebut segera bangun balik berduel dengan babi hutan yang telah cedera atau teupeh itu.

Korban yang sudah kehabiasan tenaga itu baru terlepas dari amukan binatang hama tanaman itu menggigit kedua pinggul korban. Melihat sang babi melengos pergi, korban yang sudah berdarah darah itu langsung melarikan diri pulang ke rumahnya dengan melintasi sungai.

Dalam kondisi bersimbah darah korban tiba di rumahnya lalu meraung-raung minta tolong. Ibu kandung korban, Ny Cut yang mendengar suara itu langsung menuju ke rumah menghampiri ananya yang sudah terluka parah itu dan selanjut memberitahukan kepada warga lainnya.

Tak lama kemudian warga setempat berbondong-bondong datang menyaksikan langsung musibah yang menimpa warga Dusun Peut, Desa Seulikat itu dan selanjutnya membawa korban ke rumah sakit. Karena luka yang diderita korban cukup serius pihak puskesmas setempat merujuk korban ke RSUYA Tapaktuan. Camat Bakotim Sarmiadi, mengakui sudah mendapat laporan tentang seorang warganya yang digigit babi.

Direktur RSUYA Tapaktuan, dr Akmal Jawardi yang dihubungi secara terpisah mengatakan, pihak rumah sakit telah menanggulangi gigitan babi hutan pada lengan dan pinggul korban.(az)

sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Desember 2010

Angin Kencang Landa Samudera Hindia

* Boat Nelayan Terdampar di Pulau Banyak


Kapal tanker yang tengah mengangkut Crude Palm Oil (CPO) milik PT Socfindo yang terhempas ke pinggir pantai Kecamatan Susoh, Abdya Rabu (1/12) sore, hingga Sabtu (4/12) masih berada di lokasi tersebut. Kapal itu masih menunggu bantuan kapal penghela (tugboat) yang akan didatangkan dari Singapura. SERAMBI/TAUFIK ZAS


TAPAKTUAN - Angin kencang yang melanda wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya sejak sepekan terakhir, telah mengakibatkan satu boat pancing nelayan terdampar di perairan Kepulauan Banyak, Aceh Singkil. Angin kencang ini juga memicu gelombang besar yang menyebabkan puluhan kuburan warga di Kecamatan Bakongan Timur, Aceh Selatan, hilang digerus ombak.

Panglima Laot Kabupaten Aceh Selatan, Tgk M Jamil, kepada Serambi, Sabtu (4/12) melaporkan, hingga kemarin para nelayan di daerah yang dikenal dengan penghasil pala itu belum bisa melaut karena gelombang laut di perairan Samudera Hindia masih tinggi, menyusul angin kencang yang melanda kawasan itu dalam beberapa hari terakhir ini.”Kini semua boat milik nelayan itu sudah masuk ke muara dan naik ke darat,”katanya.

Menurutnya, badai yang sudah berlangsung sejak Selasa (30/11) lalu itu hingga Sabtu kemarin belum reda. Bahkan angin kencang disertai hujan itu semakin parah. Selain memaksa boat-boat pancing untuk kembali ke daratan, angin kencang juga telah menyebabkan satu unit boat nelayan Keude Meukek, Kecamatan Meukek terdampar di antara perairan Kepulauan Banyak dengan Keulauan Sawang Bahong, Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (2/12).

Boat pancing milik M Din Us yang dinakodai Saiful warga Keude Meukek itu hingga kemarin masih terdampar. Pihak Panglima Laot Kabupaten, kata M Jamil sudah menghubungi unsur Panglima Laot Kabupaten Aceh Singkil sekaligus meminta bantuan. “Kita juga sudah kirimkan bantuan untuk penjemputan nelayan yang terdampar itu,” katanya.

Kuburan hilang
Sementara itu, Camat Bakongan Timur, Sarmiadi juga melaporkan, selain para nelayan di wilayahnya masih enggan melaut, angin kencang disertai hujan yang terjadi sejak Jumat sore hingga Sabtu dini hari itu, juga memicu tingginya gelombang laut di perairan Bakongan Timur, sehingga mengakibatkan 25 kuburan warga di komplek perkuburan umum Desa Pulo Rayeuk hilang digerus gelombang dengan ketinggian 2-3 meter.

Dikatakan, masyarakat di sekitar desa itu semakin resah. Mereka sangat mengharapkan kepada pemerintah setempat untuk segera menanggulangi abrasi di dekat muara itu yang kini semakin meluas. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan ratusan kubur warga akan hilang ke laut dan perkampungan masyarakat akan terkikis, karena jarak antara bibir pantai dengan pemukiman penduduk hanya tersisa 50 meter lagi.

Sarmiadi mengakui, permohonan masalah pembangunan tanggul di sepanjang pantai itu sudah pernah diusulkan ke instansi terakit, namun hingga kini belum ada realisasinya. “Kita sudah laporkan kembali peristiwa itu ke Dinas PU. Mudah-mudahan masalah itu secepatnya teratasi,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Banjir Trumon Surut, Lahan Pertanian Masih Terendam

Sat, Dec 4th 2010, 11:35

TAPAKTUAN - Banjir yang melanda Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon Timur dalam empat hari akibat diguyur hujan lebat sejak Minggu (28/11) lalu, kini beransur surut, masyarakat sudah kembali ke rumahnya. Tapi ratusan hektar lahan pertanian dan badan jalan masih terendam banjir.

Camat Trumon Timur, H Lahmuddin, kepada Serambi di Tapaktuan, Jumat (3/12) mengatakan, banjir yang sempat menggenangi rumah warga Desa Cot Bayu dan Lhok Raya kini mulai berangsur surut. Bahkan warga yang sebelumnya sempat mengungsi ke rumah tetangga dan ditempat-tempat yang tinggi, kini sudah kembali membersihkan rumahnya dari endapan lumpur dan sampah yang dibawa banjir.

Begitu juga halnya, genangan banjir di gedung sekolah di dua desa itu juga sudah surut, namun aktivitas belajar mengajar belum dapat dilaksanakan. Para murid dan dewan guru pascabanjir itu hanya sibuk membersihkan ruangan belajar dan perkarangan sekolah dari endapan lumpur dan sampah yang dibawa banjir. "Sejak Kamis malam air sudah mulai surut, warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing,"katanya.

Meskipun, banjir sudah surut, namun bencana yang terjadi selama empat hari itu masih menyisakan kepedihan masyarakat, karena hingga kini ratusan hektar tanaman jagung, padi, nilam, kacang, cabai dan tanaman palawija lainnya masih terendam banir. Bahkan tanaman yang sudah mulai berbunga dan berputik itu kini mulai layu dan menguning akibat direndam air bercampur lumpur."Semua tanaman yang direndam banjir itu tidak bisa diandalkan lagi, karena daun dan batangnya sudah layu dan menguning,"katanya.

Sementara itu, Camat Trumon, Isa Ansar, juga melaporkan, rumah-rumah warga yang sebelumnya digenangi banjir kini berangsur surut. Tapi ruas jalan poros menuju pusat kecamatan masih tergenang banjir demngan ketinggian sekitar 60 cm, sehingga mengakibatkan bantuan dari dinas sosial dan tenaga kerja untuk korban banjir Desa Ujung Tanoh, Seneubok Jaya dan Padang Harapan belum bisa disalurkan. Bantuan berupa beras, mie instan, ikan kaleng dan kecap itu hingga Jumat siang kemarin masih menumpuk di pusat kecamatan.

Hal itu dibenarkan Sekdes Ujung Tanoh, Sumadi yang mengakui hingga sore kemarin bantuan dari dinas sosial untuk korban banjir di desanya belum disalurkan. Bantuan itu kini masih menumpuk di piusat kecamatan. "Hingga sore ini bantuan dari dinas sosial belum diterima oleh korban banjir,"katanya.

Isa Ansari juga mengatatakan, selain merendam badan jalan, banjiir luapan dari Sungai Singkil menyusul curah hujan yang tinggi dalam lima hari berturut-turut itu hingga kini masih menggenangi ratusan hektar tanaman padi, jagung, cabai dan kacang tanah milik warga.(az)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 07 Desember 2010

Badai Landa Pantai Barat

* Semua Nelayan Takut Melaut
Fri, Dec 3rd 2010, 10:51


Ombak besar yang melanda kawasan Meulaboh, Aceh Barat mengakibatkan ratusan rumah warga di tiga desa terendam air laut. Foto direkam di kawasan Desa Pasar Aceh, Meulaboh, Kamis (2/12) sore.SERAMBI/RIZWAN

TAPAKTUAN - Badai melanda pantai barat Aceh, meliputi Aceh Barat, Aceh Selatan, dan Aceh Barat Daya (Abdya), Kamis (2/12), demikian pula dua hari sebelumnya. Para nelayan di Aceh Selatan tak berani melaut karena ombak di Samudera Hindia mencapai lima meter. Sebuah kapal tanker pengangkut minyak sawit (CPO) malah terseret dan akhirnya kandas di bibir pantai Susoh, Abdya.

Panglima Laot Labuhan Tarok, Kecamatan Meukek, M Imron Rusyadi, kepada Serambi, Kamis (2/12) mengatakan, sebetulnya bukan kemarin saja nelayan di kawasan itu tak bisa melaut. Hal yang sama terjadi sejak tiga hari lalu. Pasalnya, gelombang di Samudera Hindia cukup tinggi (3-5 meter) dan sulit diarungi boat pancing, menyusul badai yang melanda kawasan itu sejak Selasa (30/11) pagi.

Puluhan boat pancing dari berbagai jenis itu kini terpaksa sandar di pelabuhan. Tak terlihat ada aktivitas kebaharian. Para nelayan hanya menyibukkan diri memperbaiki jaring dan mereparasi boat di pinggir pantai atau di gudang-gudang ikan milik pengusaha perikanan.

Menurut Imron Rusyadi, badai yang memicu gelombang tinggi itu juga memaksa sejumlah nelayan yang sedang berada di laut lepas mencari ikan buru-buru pulang ke daratan, tanpa hasil tangkapan. Sementara sebagian boat lainnya bergegas mencari perlindungan ke pulau-pulau kecil agar tak diamuk badai dan dilamun ombak.

“Badai yang terjadi sejak Selasa itu telah mengurangi pendapatan nelayan. Karena boat ikan tidak beroperasi, mereka terpaksa beralih ke pekerjaan lain guna memenuhi kebutuhan hidup sehar-hari,” ujarnya.

Panglima Laot Lhok Tapaktuan, Syafi’i menambahkan, sejak gelombang mencapai 3-5 meter di kawasan itu, puluhan boat milik nelayan kini hanya sandar di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Lhok Bengkuang, Tapaktuan.

Panglima Laot Labuhan Tarok, M Imron Rusyadi dan Panglima Laot Lhok Tapaktuan, Syafi’i memprediksi, badai dan angin kencang yang berembus dari arah selatan itu akan terus melanda wilayah tersebut hingga beberapa hari ke depan. “Seperti biasanya badai itu akan berlangsung selama 10-12 hari,” kata Imron berdasarkan pengalaman empirisnya sebagai pelaut, bukan berdasarkan perkiraan BMKG.

Kandas di pantai
Cuaca ekstrem berupa angin kencang yang melanda Abdya sejak Rabu (1/12) sore juga menimbulkan kerusakan di beberapa lokasi. Bahkan sebuh kapal tanker yang sedang mengangkut crude palm oil (CPO) milik PT Socfindo terempas ke pinggir pantai Kecamatan Susoh. Kapal nahas ini harus menunggu bantuan kapal penghela (tugboat) yang akan didatangkan dari Singapura.

Dikisahkan, Rabu sore kapal itu sedang mengisi CPO ke lambungnya yang totalnya ditargetkan 2.000 metrik ton (MT). Kapal dimaksud dijadwalkan akan bertolak ke Meulaboh juga untuk mengisi CPO. Namun, angin yang sangat kencang melanda, sehingga kapal tersebut terseret ke bibir pantai. “Tampaknya harus menunggu bantuan kapal penarik yang akan didatangkan khusus dari Singapura,” jelas Karnodin, staf di Instalasi PT Socfindo, Susoh, saat ditemui Serambi, Kamis di lokasi terdamparnya kapal. Di lambung kapal itu tertulis Josephine-00.

Dampak lain yang juga terjadi akibat angin kencang tersebut adalah padamnya listrik beberapa jam pada sejumlah kawasan di Abdya. Beberapa pohon yang tumbang malah sempat memutuskan aliran listrik di Kecamatan Tangan-Tangan, Manggeng, dan Lembah Sabil, sehingga tiga kecamatan itu gelap gulita beberapa jam. Menjelang pukul 23.00 WIB barulah listrik menyala.

Beberapa baliho dan pohon sempat tumbang. Namun, belum ada laporan korban jiwa. “Kepada masyarakat, khususnya nelayan, kita imbau untuk lebih waspada terhadap kondisi cuaca sekarang ini,” kata Dandim 0110 Abdya, Letkol Arm E Dwi Karyono AS.

Air pasang
Angin kencang dan ombak besar juga sudah dua hari terakhir melanda Aceh Barat. Akibatnya, ratusan rumah di tiga desa dalam kebupaten itu terendam air pasang laut dan nelayan takut melaut, Kamis (2/12).

Ketiga desa di Kecamatan Johan Pahlawan yang terendam air setinggi 40 cm itu adalah Desa Panggong, Padang Seurahet, dan Pasar Aceh. Air pasang juga merendam badan Jalan Perdagangan dan Jalan Blang Puloe Meulaboh. Namun, hingga sore kemarin, peristiwa itu tak menyebabkan seorang warga pun mengungsi dari rumahnya.

Panglima Laot Aceh Barat, Ir T Risman kepada Serambi, Kamis (2/12) sore mengatakan, angin kencang dan ombak besar itu sudah berlangsung dua hari terakhir. Ia perkirakan akan terjadi hingga tiga hari ke depan. “Ini pertengahan bulan, sehingga air pasang naik.”

Menurut Risman, meluapnya air laut ke permukiman penduduk disebabkan tanggul tidak ada. Kalaupun dan sebagian yang bertanggul, pembuatannya tidak maksimal. Padahal, ketiga desa itu (Panggong, Padang Seurahet, dan Pasar Aceh) merupakan desa pinggir laut yang sangat memerlukan tanggul agar terhindar dari pasang purnama.

Risman yang juga anggota DPRK Aceh Barat ini menyebutkan, akibat pasang purnama yang melanda Meulaboh, tak kurang 100 desa di tiga desa itu terendam antara 30-40 cm. Badan jalan juga terendam, sehingga lalu lintas warga terkendala, meski belum sampai macet total.

Koordinator Tagana Aceh Barat, Edi Adnan kemarin mengatakan, saat ini sedang musim pasang laut, sehingga terjadi luapan air laut ke permukiman penduduk. “Petugas kita masih memantau perkembangan air pasang yang melanda Meulaboh,” ujar Edi.

Tak melaut
Panglima Laot Aceh Barat ini menambahkan, akibat ombak besar serta angin kencang, ratusan nelayan di Meulaboh tak melaut karena takut tengelam. Apalagi gelombang Kamis kemarin lebih dahsyat dari hari sebelumnya. Mereka kini mengaso sambil menunggu cuaca kembali normal untuk melaut.

Ia tambahkan, selain nelayan Aceh Barat tak melaut, sejumlah nelayan asal Sibolga, Sumatera Utara, malah terpaksa merapat ke Meulaboh karena takut tenggelam dilamun ombak besar atau diterjang badai. “Sejauh ini belum ada laporan nelayan yang hilang dan harapan kita itu tak terjadi,” sebutnya.

Risman berharap kepada nelayan untuk bersabar menunggu cuaca membaik, baru kembali melaut. Diakuinya, karena hampir semua nelayan tak melaut, stok ikan basah di Aceh Barat kini menipis dan harganya melonjak. (az/tz/riz)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Desember 2010

Banjir Aceh Selatan Kian Parah

* Di Aceh Barat Mulai Surut
Thu, Dec 2nd 2010, 10:40

TAPAKTUAN - Banjir yang melanda Aceh Selatan akibat diguyur hujan lebat sejak Minggu (28/11) sore, makin parah kondisinya pada Rabu (1/12) kemarin. Bahkan sejumlah sekolah di Kecamatan Trumon Timur dan Trumon terendam, sehingga melumpuhkan aktivitas belajar-mengajar.

Camat Trumon Timur, H Lahmuddin, kepada Serambi, Rabu (1/12) mengatakan, banjir akibat luapan sungai tersebut terjadi sejak empat hari lalu. Tapi karena curah hujan masih tinggi, sehingga tinggi banjir bertambah dan daerah genangannya kian luas.

Dua desa yang sebelumnya bebas dari banjir, yakni Desa Lhok Raya dan Cot Bayu, sejak Selasa (30/11) malam mulai direndam banjir kiriman dari Desa Kapa Seusak dan Desa Ie Yalem.

Banjir kiriman setinggi 60-100 cm dari permukaan rumah warga itu mengakibatkan ratusan kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah-rumah tetangga dan tempat-tempat yang dianggap lebih aman di sekitar desa tersebut. Mereka tidak bisa ke luar dari desanya, terutama para siswa SMP dan SMA yang bersekolah di Ladang Rimba. Soalnya, badan jalan di dua desa itu tak bisa dilintasi, karena digenangi banjir.

Selain merendam rumah penduduk dan lahan pertanian, banjir kiriman itu juga merendam gedung SD Cot Bayu dan SD Lhok Raya. Akibatnya proses belajar-mengajar (PBM) di sekolah itu praktis terhenti. “Sudah tiga hari anak-anak tidak bisa belajar, karena gedung sekolah mereka terendam banjir,” kata Camat Lahmuddin. Keterangannya dibenarkan Keuchik Desa Lhok Raya, Ganda Saputra.

Terus mengguyur
Sementara itu, Camat Trumon Isa Ansari juga melaporkan, hingga Rabu sore kemarin hujan masih terus mengguyur di kawasan itu. Sungai Singkil yang merupakan aliran Sungai Alas, Aceh Tenggara, terus meluap ke perkampungan penduduk. Tiga desa di kawasan itu, yakni Desa Seuneubok Jaya, Ujong Tanoh, dan Padang Harapan masih terisolir, karena genangan banjir luapan di atas jalan menuju pusat kecamatan makin tinggi.

Kondisi ini diperparah dengan terputusnya badan jalan di dekat jembatan Krueng Itam di Desa Ujung Tanoh. Aspal di jalan itu terkelupas diterjang banjir, Selasa malam.

Menurut Camat Trumon, selain merendam rumah penduduk, lahan pertanian dan fasilitas umum lainnya, banjir luapan Sungai Singkil yang diakibatkan tingginya curah hujan beberapa hari terakhir itu juga merendam gedung SD Seneubok Jaya, sehingga PBM terhenti. “Kini persediaan kebutuhan pokok mulai menipis. Kita sudah bermohon bantuan masa panik ke dinas sosial. Mudah-mudahan secepatnya direalisasikan,” katanya.

Mulai surut
Berbeda dengan di Aceh Selatan, banjir yang melanda sebagian kawasan di Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat sejak Senin (29/11) dini hari, kini mulai surut, terutama sejak Selasa (30/11). Padahal sebelumnya, ribuan warga di kawasan pedalaman tersebut terkurung banjir setinggi 50 cm, sehingga aktivitas PBM pada tiga sekolah di kecamatan itu lumpuh total.

Amatan Serambi, meski di permukiman warga banjir mulai surut, tapi air masih menggenangi lintas Kecamatan Woyla Timur-Woyla Induk, tepatnya di kawasan Alue Sikaya, Kecamatan Woyla. Di tempat ini tinggi air mencapai satu meter. Akibatnya, masyarakat yang tinggal di kawasan itu hingga Selasa sore terpaksa memutar arah untuk menuju kecamatan tetangga.

Imum Mukim Krueng Bhee, M Nasir yang menghubungi Serambi, Selasa sore menyebutkan, karena lintas kecamatan itu kini terkurung banjir, sehingga aktivitas masyarakat di kawasan pedalaman ikut terganggu. Pasalnya, ruas jalan yang terendam air hingga satu meter tak bisa dilalui oleh beberapa jenis kendaraan bermotor.

Terus dipantau
Secara terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Aceh Barat, Drs Mursalin Abdullah kepada Serambi menyatakan pihaknya masih terus memantau perkembangan terakhir terkait guyuran hujan lebat yang masih saja melanda sebagian besar kawasan di kabupaten setempat.

“Pokoknya kami sudah siap dengan kemukinan terburuk yang bisa saja terjadi ketika banjir tiba. Namun, hingga kini laporan yang kami terima, banjir yang sebelumnya mengurung ribuan masyarakat di Woyla Timur mulai surut. Sedangkan dari kecamatan lain, belum ada laporan banjir yang kami terima,” kata Mursalin. (az/edi)

Sumber : Serambinews.com

Ketua Koperasi Akan Lunasi Tunggakan Sewa Pabrik CPO

Wed, Dec 1st 2010, 11:22

TAPAKTUAN - Ketua Koperasi Fajar Berkah Utama (FBU), Sulaiman Adami menyatakan, akan melunasi tunggakan sewa pabrik pengolahan kelapa sawit (CPO) sebesar Rp 1,9 miliar ke Pemkab Aceh Selatan selaku pemilik pabrik yang dihibahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Disebutkan, pabrik CPO itu sudah dikelolakannya sejak tahun 2005 lalu, yakni sudah berjalan selama lima tahun. Sesuai dengan perjanjian antara Pemkab dengan Koperasi FBU, sewa kontrak persemester Rp 200 juta. Jadi untuk pengelolaan dalam waktu lima tahun, koperasi harus mengeluarkan biaya sewa pabrik tersebut kepada pemerintah sebesar Rp 2 miliar.

Namun, Sulaiman Adami juga masih berdalih sekarang bahwa sewa pabrik itu terlalu tinggi. “Kami sudah pernah bermohon kepada Bupati dan DPRK untuk diringankan biaya sewa, tapi hingga kini belum ada tanggapan,”kata Sulaiman berdalih.

Sulaiman juga mengakui, dalam masa lima tahun itu pihaknya baru menyetor sewa pabrik ke kasda sebesar Rp 100 juta. Hal itu disebabkan, selain keuntungan yang diperoleh koperasi masih kecil karena pengolahan pabrik CPO berkapsitas 5 ton perjam yang dibangun tahun 2.000 di Desa Krueng Luas, Kecamatan Trumon Timur itu belum maksimal. Sehubungan persediaan bahan baku tandan buah segar (TBS) yang masih minim, karena hanya mengharapkan bahan baku dari masyarakat.

Selain itu juga disebabkan modal kerja yang tidak tersedia, karena dalam ikatan kerja itu pemerintah tidak menyediakan modal usaha kepada koperasi. Koperasi hanya bekerja dengan modal usaha sendiri yang serba kekurangan. Begitupun pihaknya berjanji akan melunasi tunggakan sewa pabrik CPO yang sudah mencapai Rp 1,9 miliar itu ke kas daerah setempat. “Kita akan lunasi tunggakan itu dengan cara mencicil,”katanya.

Seperti diberitakan, Pemkab Aceh Selatan dalam lima tahun ini kehilangan pendapatan daerah miliran rupiah dari sewa pabrik pengelolahan kelapa sawit (CPO) yang dikelola oleh Koperasi Fajar Berkah Utama. Dari total Rp 2 miliar sewa selama lima tahun, baru Rp 100 juta yang disetor ke kas daerah.(az)

Sumber : Serambinews.com

Banjir di Aceh Selatan Meluas

* Jembatan Gantung di Ulim Ambruk
Wed, Dec 1st 2010, 10:45

TAPAKTUAN - Banjir yang melanda Aceh Selatan akibat guyuran hujan lebat sejak Minggu (28/11) sore, makin meluas pada Selasa (30/11) kemarin. Setelah merendam ratusan rumah di Desa Ie Yalem dan Kapa Seusak, Kecamatan Trumon Timur, banjir juga merendam ratusan rumah warga Desa Ujung Tanoh, Seneumbok Jaya, dan Keude Trumon, Kecamatan Trumon.

Camat Trumon, Isa Ansari kepada Serambi kemarin melaporkan, banjir akibat hujan deras yang melanda kawasan itu sejak Minggu (28/11) mengakibatkan ratusan rumah terendan banjir. Meskipun belum ada warga yang mengungsi, tapi banjir yang merendam rumah penduduk Desa Ujung Tanoh, Padang Harapan, dan Desa Potensial Transmigrasi Keude Trumon setinggi 50-100 cm, kini makin meresahkan. Soalnya, hujan lebat terus mengguyur kawasan itu yang mengakibatkan Sungai Singkil yang merupakan aliran Sungai Alas, Aceh Tenggara, meluap dan mengakibatkan tiga desa, yakni Seneubok Jaya, Ujung Tanoh, dan Padang Harapan terisolir. Jalan menuju pusat kecamatan itu tak bisa lagi dilintasi kendaraan roda dua dan empat akibat digenangi banjir setinggi 120 cm.

Akibat musibah itu, tim dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Aceh Selatan yang hendak melakukan sosialisasi upaya peningkatan ekonomi masyarakat, terpaksa pulang kembali ke Tapaktuan, karena tak bisa melintasi jalan tersebut.

Banjir yang sudah dua hari itu mulai mengancam stok bahan pokok pendduduk. “Hingga kini persediaan bahan kebutuhan pokok memang masih tersedia. tapi kalau hujan terus mengguyur dalam dua hari ini, maka masyarakat bisa terancam kelaparan,” kata Camat Isa Ansari.

Masih mengungsi
Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Aceh DPRK Aceh Selatan, Zulfadli, dari lokasi banjir kepada Serambi kemarin sore melaporkan, banjir yang melanda Desa Kapa Seusak dan Desa Ie Yalem, Senin, hingga Selasa kemarin masih merendam rumah-rumah penduduk. Banjir itu, menurutnya, terjadi akibat meluapnya Sungai Kapa Seusak dan Sungai Ie Yalem menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan itu sejak Minggu sore.

Ratusan kepala keluarga (KK) di dua desa itu yang sempat kembali ke rumahnya kini kembali mengungsi ke atas badan jalan nasional atau di rumah-rumah famili yang letaknya lebih tinggi.

Zulfadli mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, dua kecamatan bertetangga itu sering dilanda banjir. Hal itu terjadi karena aliran sungai di kawasan tersebut kurang berfungsi akibat pendakalan dan penyempitan di daerah muara.

Atas dasar itu ia mendesak pemkab setempat untuk menormalisasikan kembali aliran sungai di dua kecamatan tersebut dengan memanfaatkan dana tanggap bencana. “Jika tidak, maka banjir tetap akan mengancam masyarakat di kawasan ini,” tukasnya.

Jembatan ambruk
Dari Meureudu, ibu kota Pidie Jaya dilaporkan, jembatan gantung yang menghubungkan Cot Balui-Seunong, Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, ambruk ke Krueng (Sungai) Ulim pada Kamis (25/11) lalu. Akibatnya, penduduk delapan gampong di Kecamatan Ulim sulit beraktivitas sebagaimana biasanya.

Dua anggota DPRK Pidie Jaya, Isma (32) dan Mumfizar (34), kepada Serambi, Selasa (30/11) mengungkapkan, berdasrkan laporan warga yang diterimanya, jembatan gantung Cot Balui-Seunong itu ambruk ke dasar sungai sejak Kamis (25/11) lalu.

“Kami minta Pemkab Pidie Jaya bisa merespons segera pembangunan jembatan permanen,” sebut Isma. Politisi dari Partai Aceh itu menyebutkan, jembatan itu ambruk akibat terjangan banjir pada Kamis dini hari, sehingga salah satu pangkal (abutment)-nya jebol. Akibatnya, lanjut Mumfizar, penduduk delapan gampong kesulitan melakukan aktivitas normal.

Kedelapan gampong tersebut meliputi Cot Balui, Biduk, Pantang, Naghoe, Seunong, Pohroh, Blang Kuta, dan Abah Krueng. “Penduduk di delapan gampong tersebut kini terpaksa putar haluan hingga 10 kilometer untuk menuju pusat Kota Ulim,” katanya. Mumfizar mengatakan, agar penduduk di delapan gampong itu tak terisolir, ia minta Pemkab Pidie Jaya segera membangun jembatan permanen 7x40 meter.

Segera diperbaiki
Menyahuti aspirasi anggota dewan tersebut, Bupati Pidie Jaya, Drs HM Gade Salam kepada Serambi, secara terpisah mengatakan, pihaknya berkomitmen dalam waktu dekat memperbaiki insfrastruktur penyeberangan bagi masyarakat di Kecamatan Ulim tersebut.

“Kami akan segera menurunkan tim ke lokasi untuk memperbaiki jembatan tersebut secara sempurna agar delapan gampong di Ulim tidak terisolir lagi. Kita juga akan memperbaiki tiga jembatan gantung lainnya di kecamatan itu,” kata Gade Salam. (az/c43)

Sumber : Serambinews.com