Kamis, 31 Maret 2011

Sumur Kering, Warga Bakongan Krisis Air Bersih

Sun, Feb 20th 2011, 08:47

TAPAKTUAN – Krisis air bersih mulai melanda warga di kompleks perumahan Padang Berakan, Desa Keude Bakongan, Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan. Akibatnya ratusan korban tsunami mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Mawardi (40), seorang penghuni rumah bantuan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) di Desa Keude Bakongan, kepada Serambi Sabtu (19/2) mengatakan, dalam dua pekan terakhir ini krisis air bersih mulai dirasakan masyarakat. Sebab, sumur yang mereka miliki sudah kering kerontang.

Untuk mengatasi kebutuhan air bersih, maka warga terpaksa mengangkut air dari rumah warga yang berjauhan. “Kami saat ini kesulitan air bersih, karena sumur-sumur di sekitar komplek itu sudah kering akibat kemarau,”katanya. Hal ini dibenarkan Wakil Ketua DPRK Aceh Selatan, Khaidir Amin SE. Menurutnya, krisis air bersih di komplek perumahan tsunami ini bukanlah yang pertama, kasus serupa juga pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Sementara air bersih dari PDAM yang dibangun 10 tahun lalu itu hingga kini belum bisa dimanfaatkan, karena pembangunan jaringan air belum sampai ke komplek perumahan yang dihuni 228 kepala keluarga (KK) itu.

Karena itu warga sangat berharap agar PDAM Tirta Naga Tapaktuan, dapat menyalurkan air bersih ke rumah penduduk. Selain mengeluhkan air bersih, warga juga mengeluhkan karena perkarangan rumah dikomplek perumahan itu sering digenangi air akibat belum dibangunnya saluran pembuang. “Saya rasa masalah pembangunan saluran dan jaringan PDAM sudah dianggarkan dalam APBA 2011. Mudah-mudahan tahun depan masyarakat korban tsunami di komplek itu sudah bisa menikmati air bersih,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Tim Pansus DPRK Aceh Selatan: Tutup Pertambangan Bijih Besi

Sat, Feb 19th 2011, 11:24

TAPAKTUAN - Ketua Tim Pansus DPRK Aceh Selatan bersama wakil ketua dan 14 anggoata DPRK setempat, merekomendasi kepada Ketua DPRK setempat agar meminta eksekutif mencabut segera seluruh izin usaha pertambangan batu bijih besi di kawasan Desa Simpang Dua Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah. Soalnya, usaha produksi pertambangan yang dilakukan KSU Tiega Manggis dan PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) itu telah melanggar Undang-Undang tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan.

Deni Irmansyah, salah seorang anggota Tim Pansus DPRK Aceh Selatan, kepada Serambi, Jumat (18/2) mengatakan, rekomendasi penghentian seluruh aktivitas pertambangan batu bijih besi di Desa Simpang Dua Manggamat yang dieksploitasi PT PSU itu, akan diserahkan kepada ketua DPRK setempat untuk selanjutnya disidangparipurnakan. Kemudian, akan di-follow up bersama eksekutif. Selain direkomendasi untuk diparipurnakan, hasil pansus itu juga akan disampaikan kepada penegak hukum agar menindaklanjuti dugaan-dugaan penyimpangan yang ditemukan tim pansus. Tim ini dikoordinir oleh Khaidir SE.

Menurut Deni Irmansyah, awalnya semua pihak merasa antusias dan menaruh harapan positif atas dibukanya sektor pertambangan di daerah itu. Warga dan pemerintah setempat berharap akan tercipta lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah. Akan tetapi, ketika pertambangan bijih besi mulai berjalan, perbedaan pandangan mulai muncul, sehingga menimbulkan konflik di kalangan anggota masyarakat. Bentrokan antara masyarakat Desa Koto Manggamat dengan oknum angkutan Kluet Raya Motor (KRM) yang terjadi Selasa (15/2) malam, merupakan salah satu dari sejumlah persoalan di sana yang berpotensi memicu konflik horizontal.

Sebagaimana dilaporkan dua hari lalu, bentrokan warga Desa Koto Manggamat, Kluet Tengah, dengan sekelompok awak angkutan KRM itu mengakibatkan satu unit mobil Kijang kapsul milik anggota KRM dan dua unit rumah hangus dibakar. Selain itu, salah satu rumah aktivis LSM yang sedang mengadvokasi kasus ini juga dirusak. “Ini semua ekses dari usaha pertambangan itu,” ujar Deni. Menurutnya, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena dampaknya dapat lebih luas dan kompleks terhadap masyarakat Aceh Selatan yang sedang menikmati suasana damai.

Ia juga menyesalkan tindakan PT PSU menghalang-halangi anggota Pansus DPRK Aceh Selatan masuk ke lokasi penambangan mereka di Desa Simpang Dua Manggamat maupun di Sock Pile PT PSU di Ujung Pulo Cut, Bakongan Timur. Padahal tim itu datang untuk memastikan ada tidaknya penyelewengan dalam pengelolaan pertambangan bijih besi di lingkungan perusahaan itu. “Menghalang-halangi anggota pansus itu merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara maupun Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara,” ujarnya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 28 Maret 2011

Beruang Pemangsa Tewas Ditombak

Warga Minta BKSDA Turun Tangan
Sat, Feb 12th 2011, 12:04


TAPAKTUAN - Seekor beruang jantan yang dalam dua pekan terakhir ini kerap memangsa ternak masyarakat di kemukiman Panton Pawoh, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan, Kamis (10/2) sore ditemukan tewas dalam semak. Informasi tewasnya binatang buas itu diterima Prohaba dari Geuchik Panton Pawoh, Labuhan Haji Barat, Adami HB, Jumat (11/2). Menurutnya, binatang berkuku tajam yang biasanya memakan buah-buahan itu ditemukan tewas sekitar pukul 16.20 WIB dalam semak di Dusun Rubek, Desa Panton Pawoh. Binatang itu tewas ditombak oleh masyarakat dengan tombak babi ketika saat sedang berkeliaran di mukiman penduduk.

Hal itu dilakukan akibat kekecewaan dengan sikap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang tidak respon dengan keresahan masyarakat akibat gangguan beruang itu. Mereka khawatir jika gangguan beruang itu tidak segera ditanggulangi binatang itu akan mengejar dan menerkam warga. Kekhawatiran itu masih menyelimuti masyarakat sekitar, karena pasangan betina dari binatang yang terbunuh itu masih berkeliaran di pemukiman penduduk. Binantang itu tidak hanya berkeliaran di malam hari, namun dalam sepekan ini juga kerap muncul di siang hari.

Kondisi ini semakin membuat anak-anak di sejumlah desa, yakni Desa Kuta Trieng, Pante Geulima, Pulo Ie dan Panton Pawoh enggan untuk bepergian ke tempat pengajian pada malam hari. Karena itu, masyarakat berharap kepada BKSDA untuk segera menangkap atau mengusir binatang itu kembali kehabitatnya.

“Muspika sudah berulangkali melaporkan gangguan binatang itu ke BKSDA, namun hingga kini belum ada terlihat tanda-tanda akan antisipasi,”katanya. Selain itu, beruang yang berjumlah dua ekor tersebut diduga telah memangsa ratusan ekor ternak ayam milik warga, serta merusak sejumlah kandang ayam dan dinding bangunan dapur rumah warga beserta perlengkapan rumah tangga. Bahkan sehari sebelum terbunuh, binatang itu juga sudah memangsa puluhan ekor ternak ayam di tiga kandang milik warga Desa Panton Luas. “Masyarakat juga tidak ingin membunuh satwa dilindungi itu, karena takut dengan hukum. Tapi hukum sendiri tidak menghargai masyarakat,”ujarnya seraya mengatakan, masyarakat akan menuntut kerugian ke BKSDA.(az)

Sumber : Serambinews.com

Tim Pansus DPRK Gagal Masuk ke Areal Pertambangan PT PSU

Tak Miliki Izin Masuk
Sat, Feb 12th 2011, 09:08

TAPAKTUAN – Tim Pansus DPRK Aceh Selatan bersama sejumlah instansi terkait Jumat (11/2), gagal melakukan pansus ke Pelabuhan Desa Ujung Pulo Rayeuk, Kecamatan Bakongan Timur, tempat penimbunan material pertambangan batu bijih besi milik PT Pinang Sejati Utama (PT PSU). Tim Pansus yang berjumlah sembilan orang didamping sejumlah pegawai dari instansi terkait itu tidak diperbolehkan masuk ke areal tersebut.

Bahkan sehari sebelumnya, Kamis (10/2) tim yang di SK kan Ketua DPRK itu juga diusir di areal pertambangan di Desa Simpang Dua Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah. Ketua Komisi D DPRK Aceh Selatan, Zulfar Arifin, kepada Serambi Jumat (11/2) mengatakan, sejak Kamis (10/2) pihaknya melakukan pansus ke Desa Simpang Dua Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah lokasi ekploitasi pertambangan batu bijih besi PT PSU dan Desa Ujong Pulo Rayeuk, Kecamatan Bakongan Timur ke lokasi penumpukkan material pertambangan itu.

Tapi sangat disayangkan anggota DPRK yang berjumlah sembilan orang dengan didampingi sejumlah staf dari Dinas Perhubungan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) gagal masuk ke lokasi perusahaan karena dihadang oleh petugas keamanan perusahaan itu. Meski tim pansus itu menyatakan kehadirannya ke lokasi itu sah dan legal serta memiliki legalitas kewenangan yang berkekuatan hukum sesuai mandat yang diemban, dalam melaksanakan tugas pansus melakukan penyelidikan berbagai macam dugaan penyimpangan di lapangan. Tapi petugas keamanan dan security di perusahaan itu tetap ngotot tidak memperbolehkan tim itu masuk ke areal tambang bijih besi itu.

Insiden itu sempat menimbulkan ketegangan antara tim pansus dengan pihak perusahaan. Bahkan Manajer Lapangan PT PSU, Supriadi kepada rombongan yang ikut dihadiri unsur Muspika Kluet Tengah itu sempat mengeluarkan kata-kata, siapa saja yang tidak memiliki izin dari Direktur PT PSU tidak dibolehkan masuk, sekalipun seorang presiden. Padahal tujuan turun ke lokasi adalah untuk mengecek langsung laporan masyarakat.

Atas kejadian ini, perusahaan tersebut jelas telah mempermalukan lembaga dewan yang merupakan representasi rakyat Aceh Selatan. Karenanya, patut dicurigai ada tindakan yang tidak sehat dilakukan perusahaan tersebut di lokasi pertambangannya. “Kalau tidak kenapa mereka menghalangi-halangi tugas Tim Pansus,”katanya. Zulfar menambahkan, turunnnya Tim Pansus DPRK ke lokasi tersebut untuk menindaklanjuti laporan dan pengaduan masyarakat bahwa telah terjadi pelanggaran yang membuat masyarakat setempat menjadi resah. Selain masalah jalan kabupaten lintasan Manggamat-Kotafajar yang rusak parah akibat aktivitas pertambangan batu bijih besi itu hingga kini belum diperbaiki, juga menindaklajuti masalah dugaan perluasan titik kordinat yang diekploitasi perusahaan itu. “Hal ini tidak hanya dialami Tim Pansus DPRK Aceh Selatan, namun sebelumnya, nasib serupa juga dialami oleh tim verifikasi gabungan bentukan Pemkab Aceh Selatan dan tim verifikasi DPRA Aceh pada tahun 2010 lalu,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 21 Maret 2011

Lima Hektare Tambak Ikan di Labuhan Haji Disapu Banjir

Sun, Feb 6th 2011, 08:36

TAPAKTUAN – Lebih kurang 5 hektare tambak ikan milik masyarakat di Desa Suak Lokan, Pulau Ie dan Blang Baro, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, disapu banjir luapan.

Tgk Muhammad Amin, seorang pemilik tambak kepada Serambi, Sabtu (5/2) mengatakan, sebanyak 300.000 ekor ikan siap panen yang dibudidaya di areal tambak seluas 5 hektare lebih telah disapu banjir luapan yang terjadi Rabu hingga Kamis (3/2) lalu. Luapan banjir itu sendiri terjadi akibat mulai mendangkalnya aliran Krueng Baru. “Kerugian yang saya alami kira-kira mencapai Rp 500 juta, karena sebanyak 150.000 ikan mas dan 150.000 ikan bawal sudah siap panen,”katanya.

Dia berharap Pemerintah Aceh melalui dinas terkait bisa segera melakukan normalisasi aliran sungai yang membelah Kabupaten Abdya dan Aceh Selatan itu. Sebab jika kondisi itu terus dibiarkan, maka ratusan hektare areal pertanian dan puluhan hektare tambak warga di kawasan tersebut disapu banjir, terutama setiap musim penghujan.

Pantauan Serambi di lokasi tambak tersebut, Sabtu (5/2), sebanyak lima hektare lebih areal tambak warga yang disebut-sebut siap panen itu terlihat kosong. Kondisi ini mengundang keprihatinan masyarakat setempat yang acap memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat rekreasi.

Enggan bercocok tanam
Sementara itu, di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sejumlah masyarakat petani di Kecamatan Kuala Batee mulai merasa pesimis dan ingin mengurungkan niatnya untuk bercocok tanam. Pasalnya, setiap musim hujan tanaman palawija milik mereka selalu mengalami gagal panen akibat diterjang banjir. Mereka berharap pemerintah bisa segera melakukan normalisasi aliran sungai Krueng Batee, sungai Kuala Batu, dan parit di kawasan Lueng Giri Desa Lhok Gajah.

Menurut M Daud, pascabanjir luapan yang terjadi Kamis (3/2) lalu, belasan hektare tanaman palawija dan holtikutura milik masyarakat petani di kecamatan itu mengalami gagal panen. Kondisi ini memunculkan keprihatinan dan kekecewaan masyarakat petani yang cuma memiliki lahan untuk bercocok tanam dikawasan rawan banjir itu.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Rute Angkutan Bijih Besi Dialihkan ke Pasie Raja

Sat, Feb 5th 2011, 10:02

TAPAKTUAN - Tuntutan masyarakat yang meminta Pemkab Aceh Selatan untuk menghentikan lintasan Manggamat-Kotafajar untuk pengangkutan bijih besi milik PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) akhirnya terpenuhi. Angkutan material bijih besi itu dialihkan ke Kecamatan Pasie Raja, yakni jalan alternatif yang dibangun PT PSU sendiri. Sekdakab Aceh Selatan, Drs H Harmaini M Si mengakui telah dialihkan jalan untuk truk pengangkut bijih besi ke Pasie Raja. Menurutnya, pengalihan rute pengangkut batu bijih besi itu merupakan hasil kesepakatan antara bupati dengan Muspida yang dilaksanakan di ruang kerja bupati Selasa (1/2) lalu.

Dalam melaksanakan aktivitasnya dari tempat penimbunan di Desa Seneubok, Kecamatan Pasie Raja ke lokasi penimbunan ke pelabuhan Desa Ujung Pulo Rayeuk melintasi jalan negara itu tidak boleh melebihi daya angkutan yang ditetapkan. Meskipun rute pengangkutan batu bijih besi dari lokasi penimbunan di Kecamatan Pasie Raja ke tempat penimbunan ke Pelabuhan Gampong Ujung Pulo melintasi jalan negara dengan menggunakan angkutan Kluet Raya Motor (KRM). Namun pihak PT PSU tetap diwajibkan untuk memperbaiki kerusakan jalan kabupaten lintasan Manggamat-Kotafajar sebagaimana mestinya.”PT PSU harus memperbaiki jalan yang rusak akibat aktivitas pertambangan itu seperti sediakala. Jika tidak, ekploitasi pertambangan bijih besi akan dihentikan,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 18 Maret 2011

Ratusan Rumah Diterjang Banjir Saat Tolak Bala

* Tiga Kabupaten Terendam
Fri, Feb 4th 2011, 10:57


Puluhan rumah di Desa Bulu Sema, Kecamatan Suro, Aceh Singkil, Kamis (3/2) dini hari direndam banjir, akibat meluapnya sungai Bulu Sema. Banjir juga merendam puluhan hektar sawah dan merusak lintas jalan Singkil-Subulussalam di kawasan itu sepanjang 200 meter. SERAMBI/DEDE ROSADI

TAPAKTUAN - Bala ditolak, bencana datang. Itulah yang terjadi di sebagian Kabupaten Aceh Selatan, Rabu (2/2) sore. Sejak pagi, mayoritas warga di sana tumplek ke pinggir pantai, menghadiri hari tolak bala (Rabu habeh, Rabu terakhir di bulan Safar). Tak dinyana, sorenya terjadi banjir akibat hujan deras sejak pagi, sehingga ratusan rumah penduduk di Kecamatan Labuhan Haji dan Labuhan Haji Barat terendam.

Banjir juga melanda Aceh Barat Daya (Abdya) dan Aceh Singkil pada hari yang sama. Di Abdya, lantai jembatan permanen Desa Ujong Tanoh, Kecamatan Setia patah, kemudian ambruk dalam posisi melengkung setelah dihantam banjir, Rabu sore. Puluhan rumah tergenang. Di Singkil, puluhan rumah, sawah, dan jalan lintas Singkil-Subulussalam di Desa Buluseuma, Kecamatan Suro, terendam banjir. Tinggi air mencapai dua meter pada Kamis dini hari.

Sebagaimana dilaporkan, sejak Rabu (2/2) pagi hujan deras mengguyur kawasan Aceh Selatan. Hanya reda sebentar menjelang siang, sehingga tetap memungkinkan warga setempat beramai-ramai menghadiri hari tolak bala (uroe pajoh-pajoh).

Tapi kemudian hujan kembali mengguyur, sehingga pada Rabu sore terjadi banjir. Ratusan rumah warga di Kecamatan Labuhan Haji dan Labuhan Haji Barat, terendam. Untungnya, tak ada warga yang harus mengungsi juga tak ada korban jiwa dalam bencana itu.

Berdasarkan amatan maupun informasi yang diterima Serambi, hujan deras yang mengguyur sejak pagi itu mengakibatkan Sungai Labuhan Haji meluap dan merendam rumah penduduk di Kecamatan Labuhan Haji dan Labuhan Haji Barat. Dua kecamatan ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Aceh Selatan dengan Abdya.

Selain merendam rumah dan toko, banjir yang terjadi persis pada hari tolak bala (Rabu habeh) itu juga merendam pusat pelayanan kesehatan, kantor pos, gedung sekolah, dan sejumlah fasilitas umum lainnya di dua kecamatan itu. “Memang tidak berlangsung lama. Tapi banjir sore itu lumayan besar, mencapai 40-50 centimeter di dalam rumah warga,” ujar Camat Labuhan Haji, Suhasmi.

Bahkan, menurutnya, sejumlah badan jalan nasional dan provinsi di kawasan itu tergenang, sehingga transportasi darat terganggu beberapa waktu. Terutama di jalan pusat perbelanjaan Labuhan Haji dan jalan pusat perbelanjaan Blangkejeren, Labuhan Haji Barat.

Sehari sebelumnya, Selasa sekitar pukul 03.00 WIB, banjir juga merendam sejumlah desa di Kecamatan Samadua dan Kecamatan Tapaktuan. Di Tapaktuan, rumah warga yang terendam banjir meliputi Desa Air Berudang, Lhok Ketapang, Hilir, Pasar, dan Kampung Padang. Sedangkan banjir yang melanda Kecamatan Samadua, mencakup Desa Lubuk Layu, Gadang, Ladang, Baru, dan Desa Arafah.

Selain merendam ratusan rumah warga dan gedung sekolah, hujan deras yang tak henti-henti sejak sore hingga menjelang subuh itu juga mengakibatkan sejumlah badan jalan dan saluran irigasi di Desa Lubuk Layu, Kecamatan Samadua, tertimbun tanah longsor. Akibatnya, transportasi ke kawasan itu terganggu.

“Arus transportasi ke kawasan itu baru normal setelah warga bergotong royong membersihkan tanah longsor dari Gunung Lubuk Layu,” kata Camat Samadua, Said Junaidi.

Jembatan patah
Sementara itu, lantai jembatan permanen Desa Ujong Tanoh, Kecamatan Setia, Aceh Barat Daya (Abdya) patah, lalu ambruk dalam posisi melengkung setelah dihantam banjir, Rabu sore. Hujan lebat yang menyebabkan banjir di sejumlah kawasan, menggenangi puluhan rumah warga.

Pantauan Serambi, Kamis (3/2) pagi, jembatan Desa Ujong Tanah yang menghubungkan Dusun Makmur dengan Dusun Murni tak bisa lagi dilalui kendaraan roda empat. Pengendara sepmor pun harus melintas ekstrahati-hati karena permukaan lantai dari beton patah dan melengkung, sehingga sangat rawan dilintasi.

Beberapa warga di sekitar jembatan itu menjelaskan, lantai jembatan sepanjang 15 meter ambruk setelah patah di bagian tengahnya gara-gara diterjang banjir, Rabu (2/2) sekitar pukul 18.00 WIB.

Camat Setia, Jasliman bersama anggota muspika sudah turun ke lokasi pada Rabu sore. Peristiwa itu juga sudah dilaporkan kepada Pemkab Abdya. “Beberapa pejabat, termasuk dari Dinas Pekerjaan Umum sudah turun ke lokasi pada Rabu malam,” kata Camat Jasliman. Jembatan Ujong Tanoh yang merupakan sarana penghubung menuju Desa Alue Dama, juga dilintasi para nelayan yang menuju kawasan pesisir itu.

Sementara itu, hujan yang mengguyur kawasan Abdya sejak Rabu (2/2) sore, juga menimbulkan banjir di sejumlah tempat. Antara lain di Desa Ie Mameh, Kecamatan Kuala Batee dan Desa Pulau Kayu, Kecamatan Susoh.

Menurut Sekretaris Gampong Ie Mameh, Zainuddin, sedikitnya 40 rumah warga dikepung banjir pada Rabu malam selama empat jam. “Kini permukaan air sudah surut kembali,” kata Sekdes Zainuddin ketika dihubungi Serambi, Kamis kemarin.

Sedang di sejumlah pekarangan rumah warga Pulau Kayu dan Ujong Padang, Susoh, hingga Kamis kemarin masih digenangi banjir. Bahkan, sekitar 125 meter badan jalan dari Desa Ujong Padang ke Desa Padang Gelumpang, Kecamatan Jeumpa, Abdya, lumpuh akibat terendam luapan Krueng Teukueh.

Puluhan rumah terendam
Hujan deras yang mengguyur wilayah Aceh Singkil dan sekitarnya sejak kemarin malam, juga menyebabkan puluhan rumah, sawah, dan jalan lintas Singkil-Subulussalam di Desa Buluseuma, Kecamatan Suro, terendam banjir.

Banjir terjadi setelah Sungai Buluseuma meluap, kemudian merendam rumah warga sekitar pukul 00.00 WIB dini hari, Kamis (3/2). Ketinggian air mencapai dua meter.

Bupati Aceh Singkil, Makmursyah Putra, beserta Camat Suro Samsuddin dan unsur muspida lainnya, terjun ke lokasi Kamis pagi. Menurut Bupati, data sementara kerusakan akibat banjir, antara lain, satu unit rumah hanyut, 19 rusak parah, 40 rusak ringan, dan jalan sepanjang 200 meter juga rusak parah. Selain itu, sedikitnya 50 hektare lahan sawah dipastikan gagal panen.

Menjelang pagi kemarin banjir mulai surut. “Kerugian akibat banjir dadakan ini bisa mencapai Rp 1 miliar,” prediksi Makmur seraya menyatakan, tidak ada korban jiwa dalam musibah itu. Banjir tersebut, menurutnya, selain akibat derasnya hujan, juga disebabkan datangnya banjir kiriman dari Lae Ikan. (nun/az/c39)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 17 Maret 2011

Puluhan Ekor Ayam Dimangsa Beruang

Fri, Feb 4th 2011, 08:04

APAKTUAN - Masyarakat Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan, dalam beberapa hari terakhir ini diresahkan dengan keberadaaan cagee (beruang-red) beruang yang kerap kerkeliaran di sekitar pemukiman warga.

Apalagi dalam sepekan terakhir ini sudah 25 ekor ternak ayam milik warga di Desa Kuta Trieng dan Desa Pante Geulima dilaporkan hilang dari kandangnya dan diduga dimangsa oleh satwa dilindungi tersebut.

Keuchik (Kades-red) Kuta Trieng,Laksamana dan Kades Pante Geulima, Tarmizi Ibrahim, Kamis (3/2) mengatakan, dalam sepekan terakhir ini ketenangan masyarakat di desanya sangat terusik dengan kehadiran beruang hitam yang kerap berkeliaran di pemukiman penduduk.

Binatang buas yang diperkirakan berjumlah dua ekor itu masuk ke perkampungan penduduk mencari mangsa disaat menjelang magrib dan insya. Bahkan dalam sepekan ini binatang yang biasa hanya memakan buah-buahan itu kini sudah memangsa 25 ekor ternak ayam milik warga. “Biasa binatang itu memangsa ternak ayam warga pada tengah malam, yakni sekitar pukul 02.00 WIB,” kata Kades Kuta Trieng, Laksamana

Menurutnya, keganasan satwa dilindungi yang pertama kali terjadi sepanjang sejarah itu tidak hanya terjadi di Desa Kuta Trieng dan Desa Pante Geulima, namun binantag itu juga sudah mulai merambah ke Desa Ie Khulung dan desa yang berdekatan dengan gunung. “Sejauh ini belum ada warga yang berani untuk mengusir binatang itu, karena takut akan menjadi sasaran keganasannya,” katanya.

Karena itu masyarakat sangat berharap kepada Pemkab setempat atau instansi terkait untuk segera turun ke lokasi untuk menanggulangi keganasan satwa dilindungi itu. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan binatang itu akan malah memangsa manusia. “Kita sudah laporkan keberadaan binatang itu ke Polsek Labuhan Haji Barat untuk dilanjutkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Tapaktuan,” katanya.

Kapolsek Labuhan Haji Barat, Iptu Darman, yang dihubungi terpisah membenarkan telah menerima laporan dari kepala desa tentang keganasan satwa dilindungi di kawasan itu. Bahkan pihaknya mengakui sudah melaporkan peristiwa itu ke BKSDA Tapaktuan, dan pihak BKSDA berjanji akan segera menanggulangi gangguan binatang tersebut.

Sementara Kepala BKSDA Tapaktuan, Safwan mengakui sudah turun ke lokasi melihat kerusakan yang dialami akibat keganasan beruang tersebut. “Kita sudah laporkan hal ini ke BKSDA Provinsi. Bila dalam beberapa hari ini binatang itu tetap juga mengganas dan memakan ternak ayam warga kita akan datangkan perangkap ke lokasi,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Maret 2011

Masyarakat Kembali Blokir Lintas Manggamat-Kotafajar

Tuntutan tak Direspon
Tue, Feb 1st 2011, 09:11

TAPAKTUAN - Masyarakat Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, Senin (31/1) kembali memblokir jalan lintasan Kota Fajar-Manggamat yang selama ini dilintasi mobil truk pengangkut material bijih besi PT Pinang Sejati Utama (PSU). Aksi itu dilakukan sebagai wujud kekecewaan warga terhadap sikap Pemkab setempat yang hingga batas waktu 30 Januari 2011 tidak merespon tuntutan mereka tentang penutupan sementara jalan tersebut.

Kades Koto Manggamat, Hebbahir yang dihubungi Serambi Senin (31/1) membenarkan ada pemblokiran jalan oleh warga. Pemblokiran jalan lintasan Manggamat-Kota Fajar dengan drum dan kayu itu dilakukan warga sebagai akumulasi kekecewaan warga terhadap sikap Pemkab setempat yang tidak merespon tutuntan warga yang meminta supaya jalan itu ditutup sementara untuk menunggu kejelasan dari PT PSU tentang kerusakan jalan yang sudah meresahkan warga di sepanjang lintasan itu.

Padahal dalam demontrasi ratusan warga di kantor bupati pada Senin pekan lalu, Sekdakanb setempat, Harmaini sudah sepakat jalan tersebut ditutup tidak bisa dilintasi armada pengangkut material pertambangan batu bijih besi PT PSU. Tapi anehnya janji itu hanya di atas kertas. Buktinya hingga kini pihak PT PSU masih melintasi jalan itu, meski sebagian lainnya terutama mobil berbadan besar tronton sudah mengalihkan ke jalan Pasie Raja, yakni jalan yang dibangun oleh PT PSU.

Sejumlah petugas keamanan turun ke lokasi guna memediasi perserteruan antara masyarakat dengan awak angkutan PT PSU tersebut. Namun hingga pukul 15.30 WIB upaya untuk membuka kembali jalan dari pemblokiran yang dilakukan warga di Desa Koto itu belum berhasil.

Sementara Dirut PT PSU, Hj Latifah Hanum, yang dihubungi secara terpisah mengakui belum mendapat laporan tentang adanya pemblokiran jalan lintasan Manggamat-Kota Fajar oleh warga. Ia mengakui baru mengetahui informasi itu dari wartawan Serambi.

Hanum menyatakan, tidak keberatan kalau angkutannya tidak diperbolehkan lagi melintasi jalan kabupaten itu. Bahkan jauh hari sebelumnya pihaknya sudah membangun jalan sendiri, yakni jalan alternatif dari Manggamat tembus Desa Paya Ateuk, Pasie Raja. “Sejak tiga hari lalu semua angkutan batu bijih besi sudah dilaihkan ke jalan Paya Ateuk, Pasie Raja,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 07 Maret 2011

Lintasan Tapaktuan-Medan Terancam Putus

Sat, Jan 29th 2011, 10:10

TAPAKTUAN - Transportasi jalur darat Tapaktuan, Aceh Selatan-Medan, Sumatera Utara (Sumut) terancam putus, menyusul longsornya badan jalan nasional di kawasan Gunung Pintu Air Desa Lhok Reukam, Kecamatan Tapaktuan, Jumat (29/1) setelah diguyur hujan lebat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Kepala Desa Lhok Reukam, Suhardi kepada Serambi Jumat (28/1) mengatakan, kondisi jalan di lintasan pegunungan Pintu Angin kini semakin parah. Bahkan sebagian ruas jalan nasional itu kini semakin sempit akibat longsor setelah tangggul beton pengaman tebing di tinkungan jalan nasional Desa Lhok Reukam itu ambruk ke dasar jurang Rabu (26/1) sekitar pukul 09.00 WIB.

Selain mencemaskan warga, musibah itu juga meresahkan para pengguna jalan, karena kerusakan badan jalan negara itu semakin parah sehubungan dengan semakin meluasnya kerusakan tanggul beton pengaman tebing dilintasan itu. Ia menduga konstruksi proyek pembangunan tanggul beton di tikungan itu dikerjakan asal jadi tanpa dilandasi mutu dan kekuatan maksimal, sehingga rapuh dan tidak mampu bertahan bahkan bila dibiarkan bisa mengakibatkan badan jalan terancam amblas. Kerusakan badan jalan negara dan tanggul itu harus segera ditanggulangi, jika tidak bisa mengakibatkan transportasi darat Tapaktuan-Medan terputus total. Sebab sebagian badan jalan nasional itu juga terlihat sudah amblas. Bahkan lebar badan jalan itu semakin sempit, dulu lebar jalan itu mencapai 8 meter, kini hanya tersisa sekitar 3,5 meter.

Setiap kenderaan harus ektra hati-hati ketika melintasi jalan itu, terutama armada berbadan besar seperti mobil interkuler tronton bermuatan berat, karena jalan itu hanya bisa dilintasi satu truk. “Jika hujan terus mengguyur kawasan itu, kemungkinan lintasan jalan nasional itu akan terputus total,”katanya. Selain mendesak tanggul pengaman tebing itu diperbaiki. Masayarakat setempat juga meminta kepada Pemkab setempat untuk membuka jalan alternatif, yakni jalan tembus antara Pegunungan Pintu Angin dengan Gunung Panorama Hatta. Jalan tembus sepanjang 1200 meter itu sudah dibangun pada tahun 1980 an. Tapi jalan itu hingga kini belum bisa dimanfaatkan karena belum pengerasan.(az)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 06 Maret 2011

Babi Kanibal Usik Warga Tapaktuan

Fri, Jan 28th 2011, 08:00

TAPAKTUAN - Babi identik dengan hama tanaman, terutama tanaman umbi umbian atau palawija dan hortukultura, namun di seputaran Tapaktuan, Aceh Selatan, seperti Desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan dan sekitarnya, babi berubah menjadi binatang kanibal, karena ikut memangsa ternak warga, seperti ayam dan itik.

Tercatat, ratusan ekor ayam dan itik warga, musnah dilalap sang babi hutan, yang menerobos masuk kampung kala malam hari, atau tepatnya jelang tengah malam.

Keuchik (kades-red) Batu Itam, Alpian, Rabu (26/1) menginformasikan, setelah reda beberapa bulan, kini masyarakatnya kembali diresahkan dengan gangguan babi hutan. Tidak hanya merusak tanaman perkebunan, namun ratusan ekor ternak ayam dan itik milik warga juga ludes dimangsa.

Selain menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat, keganasan binatang itu juga telah mengusik ketenteraman dan kenyamanan masyarakat, terutama pada malam hari, karena babi-babi hutan itu sering berkeliaran di pemukiman penduduk, bahkan kala masih petang hari.

Keganasan babi hutan itu sudah berlangsung lama, namun hingga kini belum ada tindak lanjut dari pemerintah dan instansi terkait. “Kami kewalahan mengatasi hama babi yang kian mengganas dan membuat para petani tidak bisa lagi untuk bercocok tanam,” katanya.

Menurutnya, upaya pembasmian yang dilakukan masyarakat dengan menggunakan cara-cara lama yakni menaburi racun di dekat tanaman dan beberapa cara tradisional seperti membuat perangkap belum membuahkan hasil. Malahan binatang itu semakin mengganas dan merusak tanaman coklat, dan pala yang baru ditanam.

Ia mengatakan, potensi sektor perkebunan di daerah itu sangat besar, yakni pala, coklat dan tanaman muda. Namun dengan ancaman hama yang merajalela, telah membuat sumber mata pencaharian masyarakat petani di desa itu terancam. Apalagi, kata dia, pemerintah sendiri hingga saat ini belum ada solusi untuk penaggulanggan hama-hama tersebut. “Cara meracun babi ini belum memberikan hasil positif, karena yang berhasil diracuni terbilang minim, sementara untuk membuat perangkap masyarakat terkendala dana,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

sumber : Serambinews.com

Jumat, 04 Maret 2011

Demo Tutup Penambangan Rusuh

Mon, Jan 24th 2011, 20:47

TAPAKTUAN - Aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga empat kecamatan yang menuntut penghentian aktivitas pertambangan batu bijih besi di Aceh Selatan, yang dieksplorasi PT Pnang Sejati Utama (PSU), Senin (24/1/2011), berlangsung rusuh. Ekses dari itu kaca kantor bupati pecah akibat dilempari dengan batu.

Para pengunjuk rasa dari berbagai kecamatan dalam wilayah Kluet datang dengan menumpang angkutan umum dan mengendarai sepeda motor (sepmor) tiba di Ibu Kota Tapaktuan sekitar pukul 13.20 WIB.

Mereka berkumpul di halaman kantor bupati lama, di jalan Syech Abdurrauf. Para demonstran kemudian berjalan kaki menuju kantor bupati. Aksi tersebut mendapat perhatian luas dari masyarakat setempat.

Para demonstran mengusung sejumlah poster dengan tulisan antara lain, 'Bupati Husin Yusuf tak Ubahnya Dengan Gayus'. 'Pejabat jangan hanya duduk goyang-goyang kaki, masyarakat setiap hari makan debu'. Massa juga meneriakkan yel-yel meminta Pemkab untuk menghentikan semua aktivitas pertambangan batu bijih besi PT PSU.(azhari)

sumber : Serambinews.com

Kamis, 03 Maret 2011

Rp 200 Juta Royalti Tambang di Aceh Selatan ‘Menguap’

Mon, Jan 24th 2011, 10:28

TAPAKTUAN - Sebanyak Rp 200 juta royalti dari sektor pertambangan diduga masuk ke kantong oknum pejabat di Pemkab Aceh Selatan. Pasalnya, sudah tiga bulan lebih uang tersebut disetor oleh perusahaan tambang, tapi belum juga dimasukkannya ke kas negara.

Informasi yang diterima Serambi, uang Rp 200 juta itu merupakan royalti dari usaha pertambangan batu yang mengandung bijih besi oleh PT Pinang Sejati Utama (PSU). Royalti yang diduga berasal dari iuran tetap dan iuran eksplorasi itu disetor pihak perusahaan ke kas negara melalui Dinas Pertambangan dan Energi (Dinstamben) Aceh Selatan sebanyak Rp 253 juta.

“Saya sudah setor royalti pertambangan batu bijih besi pada pengapalan ketiga sebesar Rp 253 juta ke kas negara melalui dinas pertambangan dan energi setempat pada Oktober 2010. Soal masuk atau tidak royalti itu ke kas negara tanya saja langsung ke dinas pertambangan,” kata Direktur Utama (Dirut) PT PSU, Hj Latifah Hanum menjawab Serambi, Minggu (23/1).

Tapi, menurut sumber Serambi, jumlah royalti dari PT PSU yang baru masuk ke rekening kas negara hanya Rp 53 juta, sedangkan lebihnya hingga kini belum diketahui rimbanya. Dia duga, uang Rp 200 juta itu masuk ke kantong oknum pejabat setempat.

Yang pasti, Dirut PT PSU, Hj Latifah Hanum menyatakan, royalti itu sudah dia setor dan penyetorannya ditandai dengan kuitansi bukti pembayaran. Kadistamben Aceh Selatan, T Asrul yang dikonfirmasi mengakui pihak PT PSU sudah menyetor royalti pengapalan ketiga pertambangan batu bijih besi sebesar Rp 253 juta. Bahkan Rp 53 juta di antaranya sudah dimasukkan ke rekening kas negara.

Sedangkan lebihnya (Rp 200 juta) masih dipinjam pakai oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setdakab, Tanius untuk kepentingan membayar panjar harga tanah lokasi pembangunan Perusahaan Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Suak Bakong, Kluet Selatan. “Tapi uang yang dipinjam pakai itu dalam waktu dekat dikembalikan ke kas negara,” katanya.

Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Tanius menyatakan pihaknya tidak pernah meminjam uang dari Distamben Aceh Selatan, sebagaimana pengakuan T Asrul. Ia hanya mengaku ada meminjam uang dari PT PSU Rp 200 juta untuk keperluan membayar panjar pembebasan tanah lokasi pembangunan PLTB. Pembebasan tanah itu, menurutnya, mendesak karena saat itu peletakan batu pertama pembangunan PLTB oleh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf segera dilaksanakan

Ketika itu harga persil tanah belum dibayar, sementara anggaran yang tersedia di APB Perubahan 2010 belum bisa ditarik. Tanius mengatakan, uang yang dipinjam dari PT PSU sebesar Rp 200 juta itu justru atas sepengetahuan Bupati Aceh Selatan dan akan dilunasi pada Februari 2011, atau setelah APBK 2011 dicairkan. “Saya tidak tahu apakah uang itu merupakan royalti pertambangan batu bijih besi atau bukan. Bisa jadi, pihak perusahaan mengatakan uang itu dari royalti, tapi dalam bon yang diterima tidak pernah tercantum bahwa itu uang royalti pertambangan,” ujarnya. (az)

sumber : Serambinews.com

Puluhan Hektare Tanaman Warga Musnah

Gajah Mengamuk di Manggamat
Mon, Jan 24th 2011, 08:52

TAPAKTUAN - Amukan kawanan gajah di pedalaman Kecamatan Kluet Tengah, Aceh Selatan, belum berakhir. Hingga Minggu (23/1) kemarin satwa yang dilindungi itu masih berkeliaran di Dusun Sarah Baro, Desa Alur Kejruen. Akibat amukan gajah itu telah memporak-porandakan puluhan hektare tanaman milik masyarakat.

Camat Kluet Tengah, M Hasbi kepada Serambi, Minggu (23/1) melaporkan, setelah mengganas di Desa Koto yang mengakibatkan salah seorang warga setempat, Syamsuddin (30) meninggal setelah diamuk gajah awal Dersember 2010, kini kawanan gajah liar mulai berkeliaran dan memporak-porandakan tanaman pertanian milik warga Dusun Sarah Baro, Desa Alur Kejruen.

Selain merusak tanaman padi, cokelat dan pinang, binatang bertubuh bongsor itu juga sudah menghancurkan sejumlah gubuk milik warga. Bahkan binatang itu juga dilaporkan mulai mengejar-ngejar warga.

Dikatakan, konflik satwa terutama gajah dengan warga yang telah berlangsung lama itu hingga kini belum mendapat perhatian dari pemerintah atau instansi terkait untuk menggiring kawanan gajah-gajah itu kembali ke habitatnya.

Menurut dia, warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani itu telah melakukan upaya pengusiran secara tradisional seperti membuat bola api, mercon dan bunyi-bunyian namun belum menunjukan hasil yang diharapkan. Bahkan, katanya, sejak warga membunyikan mercon dan meriam bambu, binatang dilindungi itu semakin mengganas dan terus merusak tanaman perkebunan dan pertanian di sekitar rumah penduduk, seta mengejar-ngejar warga. Camat M Hasbi juga mengaku sudah berulangkali melaporakan amuk gajah itu ke BKSDA dan Pemerintah Provinsi, namun hingga kini belum ada tindak lanjutnya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Proyek Jalan Otsus Mengecewakan

Sun, Jan 23rd 2011, 08:24

TAPAKTUAN - Sejumlah proyek pembangunan jalan di Kabupaten Aceh Selatan yang dananya bersumber dari Otsus 2010 diragukan kualitasnya dan mengecawakan. Pasalnya pengaspalan hotmix yang meraup dana miliaran rupiah itu terkesan dikerjakan asal jadi.

Anggota DPRK Aceh Selatan, Azmir SH, kepada Serambi Jumat (21/1) mengatakan, dari hasil pengamatannya dalam beberapa hari terakhir ini banyak menemukan proyek pengaspalan jalan hotmix di wilayah barat kabupaten itu yang mengecewakan, karena kuranganya pengawasan dari instansi terkait.

Selain pelaksanaannya menyalahi aturan, yakni tidak mengikuti prosedur ketebalan dan kepadatan hotmix sebagaimana yang telah ditetapkan. Dalam pekerjaan jalan itu juga tidak menggunakan alat berat alias dikerjakan secara manual, sehingga mengakibatkan jalan itu tidak rata. Seperti pengaspalan jalan di Dusun Jaya Makmur, Desa Labuhan Tarok, Kecamatan Meukek. “Cukup mengecewakan. Saya sudah lihat langsung kondisi jalan Dusun Jaya Makmur itu sangat jelek mutunya,”katanya.

Lebih parahnya lagi proyek pengaspalan jalan hotmix di Desa Paya Peulumat, Kecamatan Labuhan Haji Timur. Pengaspalan jalan itu menggunakan alat berat, namun proyek itu diyakini tidak akan bertahan lama. Sebab selain ketebalannya tidak sesuai, dalam pelakasanaan pengerasan jalan proyek senilai Rp 1,3 milar lebih bersumber dari dana Otsus 2010 yang dikerjakan oleh PT Duta Sarana itu juga hanya dilapisi tanah timbunan, sehingga aspal yang baru berumur sekitar empat pekan itu sudah banyak yang terkelupas serta ditumbuhi rumput. Demikian juga nasib proyek jalan jalan hotmix di Dusun Surya Indah, Desa Blangporoh, Kecamatan Labuhan Haji Barat. Ruas jalan menuju Pondok Pesantren Darussaslam itu juga diragukan kualitasnya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Pasang Purnama Masih Genangi Rumah Warga

Sat, Jan 22nd 2011, 08:56

TAPAKTUAN – Gelombang pasang purnama kembali naik dan merendam rumah penduduk di Desa Padang Bakau, Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan. Bahkan pasang yang terajdi sejak Kamis (20/1) malam lebih parah dari sehari sebelumnya. Keuchik Padang Bakau, Adam Malik, kepada Serambi Jumat (21/1) melaporkan, setelah sempat merendam beberapa jam rumah warga, sejak Kamis (21/1) malam air laut kembali merendam puluhan rumah warga di pesisir pantai laut Samudera Hindia.

Dikatakan, pasang purnama yang terjadi itu lebih besar dibandingkan dengan hari sebelumnya. Meski genangan air laut di dalam rumah warga mencapai 15 Cm, namun belum ada warga yang mengungsi, karena genangan itu tidak berlangsung lama. “Sebelumnya hanya 5 Cm, tapi pada Kamis malam kemarin genangan air laut dalam rumah warga mencapai 15 Cm,”katanya. Bukan hanya merendam rumah warga, banjir pasang purnama yang sudah menahun itu, juga merendam sebagian teras gedung sekolah dasar (SD) Padang Bakau sejumlah pasilitas umum lainnya yang berada di pinggir jalan nasional. Menurutnya, pasang naik yang sudah berlangsung beberapa hari lalu itu diperkirakan akan terus terjadi dalam beberapa hari kedepan. Seperti lazimnya luapan air laut pasang purnama itu baru reda 10 hari ke depan, yakni pada 27 hari bulan.

Selain telah merusak perlengkapan rumah tangga dan lahan persawahan warga, pasang purnama yang sudah menahun itu juga berdampak buruk terhadap lingkungan, karena sumur-sumur tradisonal yang dimiliki warga sudah tercemar akibat dimasuki air alut. Karena itu masyarakat berharap kepada pemerintah untuk segera membangun tanggul disepanjang pantai itu.Sebab kalau dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan berbagai macam penyakit.”Kami sangat berharap kepada pemerintah untuk segera membangun tanggul disepanjang pantai tersebut,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Gelombang Pasang Rendam Puluhan Rumah

Thu, Jan 20th 2011, 22:05

TAPAKTUAN - Gelombang pasang purnama merendam puluhan rumah warga di pesisir pantai Desa Padang Bakau, Kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan, Rabu (19/1/2011) malam.

Geuchik Padang Bakau, Adam Malik, kepada Serambinews.com, mengatakan, air laut yang masuk ke permukiman warga setinggi 5 cm. "Memang warga tidak mengungsi, namun akibat gelombang itu sejumlah peralatan rumah tangga warga mengalami kerusakan," tuturnya.

Air mulai menggenangi rumah-rumah warga sejak pukul 18.00 WIB dan mencapai puncak ketinggian sekitar pukul 20.00 WIB. Banjir pasang akibat gelombang naik tersebut kembali surut pada pukul 21.00 WIB.(azhari)

Sumber : Serambinews.com

Abrasi Pantai Bakotim Kian Parah

Wed, Jan 19th 2011, 20:33

TAPAKTUAN - Abrasi pantai di pesisir Desa Ujung Pulo Rayek, Kecamatan Bakongan Timur (Bakotim), Aceh Selatan, semakin parah. Warga di sepanjang pantai itu semakin sulit menghindari kepungan banjir pasang laut.

Camat Bakotim, Sarmiadi kepada Serambinews.com, Rabu (19/1/2011), mengatakan, masyarakat di pesisir pantai Desa Ujung Pulo Rayeuk, semakin diresahkan dengan gelombang laut yang terus menggerus permukiman mereka.

Bukan hanya merusak perkebunan kelapa dan perkuburan umum, namun akibat terjadinya penurunan
permukaan daratan itu juga membuat pemukiman itu kerap diterjang banjir. Dalam sepekan ini sebanyak 10 rumah direndam air laut dengan ketinggian rata-rata 15 cm.(azhari)

Sumber : Serambinews.com