Kamis, 21 April 2011

Warga Kota Bahagia Masih Konsumsi Air Sungai

Sun, Mar 13th 2011, 08:42

TAPAKTUAN - Sebanyak 3.000 KK masyarakat yang berdomisili di 10 desa dalam Kecamatan Kota Bahagia, Aceh Selatan, hingga kini masih mengkonsumsi air sungai. Kondisi ini disebabkan karena belum tersedianya sarana air bersih.

Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid, kepada Serambi Sabtu (12/3) di Tapaktuan mengakui prihatin melihat kondisi masyarakat di daerahnya hingga sekarang masih mengandalkan air sungai untuk keperluan memasak, mencuci dan berbagai kebutuhan lainnya. Dikatakan, kondisi warga yang mengonsumsi air sungai itu sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun.

Meskipun sebagian kecil warga telah memiliki sumur dan sumur bor, namun airnya tidak bisa dimanfaatkan karena keruh. Akibat belum tersedianya sarana air bersih, masyarakat setempat terpaksa memanfaatkan air sungai yang tidak standar kesehatan untuk keperluan mandi, mencuci, termasuk air minum dan memasak. Muhammad Rasyid, menambahkan, sumber air bersih yang mampu menyuplai seluruh desa di kecamatan itu cukup tersedia, yakni sumber air bersih dari irigasi dan pegunungan. Tapi sumber air itu belum bisa dimanfaatkan karena belum adanya pembangunan fasilitas air bersih yang dapat mengairi ke rumah-rumah warga.

Ia berharap pemerintah setempat melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) supaya segera membangun jaringan air bersih di kawasan itu. “Kami sangat berharap agar Pemkab segera membangunan sarana air bersih, sehingga masyarakat di kawasan itu tidak lagi mengkonsumsi air sungai yang tidak layak menurut standar kesehatan,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 18 April 2011

Korban Banjir Bulusema Mendapat Bantuan

* Bupati: Larang Warga Tebang Pohon
Thu, Mar 10th 2011, 09:03

SINGKIL - Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra, Rabu (9/3) memberikan bantuan kepada 40 kepala keluarga (KK) warga Bulusema, Kecamatan Suro, yang menjadi korban banjir bandang awal Februari lalu. Bantuan yang bersumber dari APBK dan baitul mal tersebut, masing-masing Rp 5 juta untuk warga yang rumahnya hanyut, Rp 2,5 juta untuk rusak berat dan Rp 1,5 juta bagi rumah rusak ringan.

Selain korban banjir, Bupati yang di dampingi Kadis Sosial Rahmi Suyukur, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Henray Silalahi, Kabag Sosial Suyatno, dan unsur muspida lainnya. Memberikan bantuan serupa kepada lima keluarga korban kebakaran di Desa Tanah Bara, Gunung Meriah, dan satu keluarga di Desa Gosong Telaga Utara, Singkil Utara, masing-masing Rp 5 juta untuk hangus total dan Rp 2,5 juta yang terkena imbas kebakaran.

Di Bulusema, dalam arahanya Makmur meminta, warga di daerah itu menghentikan praktek penebangan pohon di kebun maupun hutan yang dilintasi alur sungai. Agar musibah banjir bandang yang diduga akibat gundulnya hutan tidak terjadi lagi. Mengingat dampak yang ditimbulkan cukup parah, selain rusaknya dan hilangnya harta benda tidak mustahil merenggut nyawa. “Tolong hentikan penebangan pohon, supaya banjir tidak terjadi di daerah kita,” katanya.

Dibagian lain, bupati juga mengajak masyarakat bersatu menjaga ketertiban dan keamanan sekitar. Jangan lupa terus belajar dan berkarya seiring kemajuan jaman. Hal itu penting demi mengimbangi kemajuan, dan meredam pengaruh negatif yang datang.(c39)

Sumber : Serambinews.com

Gangguan Gajah Reda Warga Kembali Bertani

Thu, Mar 10th 2011, 09:00

TAPAKTUAN-Gangguan gajah liar yang sempat mengganggu ketentraman masyarakat di pedalaman Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, kini sudah reda setelah ribuan warga setempat naik gunung mengusir satwa dilindungi itu.

Camat Kluet Tengah, Muhammad Hasbi kepada Serambi, Rabu (9/3) di Tapaktuan, mengatakan, kawanan gajah yang mengganas di daerahnya sejak beberapa tahun terakhir, kini sudah reda. Warga yang selama ini mengungsi karena takut diamuk satwa dilindungi kini sudah bisa kembali menggarap lahan pertaniannya di kebun dan di ladang.

Redanya gangguan binatang bertubuh bongsor itu, setelah ribuan warga dari berbagai desa dalam kecamatan itu naik ke gunung menelusuri hutan belantara untuk mengusir kawanan gajah liar yang selama ini dilaporkan telah meresahkan warga.

Pengusiran kawanan gajah liar sekitar sepekan yang dilakukan warga dengan menggunakan alat berupa rabana, trompet petasan dan perlengkapan lainnya itu merupakan inisiatif warga sendiri yang tidak sanggup lagi menerima ancaman gajah yang telah meresahkan warga. Sementara BKSDA sendiri tidak pernah merespon pengaduan masyarakat atas keganasan satwa dilindungi itu.

Dalam pengusiran gajah untuk kembali kehabitatnya itu warga dari tujuh desa itu dibantu dua orang pawang dari Pekan Baru yang didatangkan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PMPN) bagian lingkungan.

Begitu pun, warga sekitar masih tetap cemas akan munculnya kembali kawanan gajah liar tersebut. Karena seperti biasanya setelah diusir kawanan gajah liar itu akan kembali ke pemukiman penduduk dan merusak tanaman warga. Konon lagi katanya, pengusiran yang dilakukan warga itu hanya sebatas mengusir ke hutan-hutan. “Pengusiran yang paling tepat adalah menggiring kembali binatang itu kembali ke habitatnya dengan gajah jinak,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Kapolda Aceh : Warga Harus Dukung Masuk Investor ke Daerah

Tue, Mar 8th 2011, 10:27

TAPAKTUAN - Kapolda Aceh, Irjen Pol Drs Iskandar Hasan SH MH, mengharapkan masyarakat harus mendukung masuknya investor di daerah, sebab kehadiran investor itu bisa membawa manfaat bagi masyarakat sekaligus menunjang percepatan pembangunan daerah.

Hal itu disampaikan Kapolda Aceh kepada wartawan usai bertatap muka dengan jajaran Polres Aceh Selatan pada kunjungan kerja (Kunker) di kabupaten itu, Senin (7/3). Selain bersilaturrahmi dengan masyarakat dan jajarannya, dalam kunjungan kerja di kabupaten itu, Kapolda juga melakukan peletakan batu pertama rencana pembangunan Gedung Serba Guna Polres Aceh Selatan, dan rencana pembangunan kantor Mako Kompi Brimob.

Didampingi Kapolres Aceh Selatan, AKBP Bambang Syafrianto SIK, Kapolda Irjen Pol Drs Iskandar Hasan SH MH, mengatakan, selain bermanfaat bagi masyarakat, yakni terbukanya lapangan kerja, kehadiran investor itu juga sangat penting bagi daerah untuk menambah pendapatan daerah. Karena itu masyarakat harus menerimanya, tidak main anarkis yang bisa merugikan berbagai pihak.

Kalau ada hal-hal belum dipenuhi atau persoalan yang kurang berkenan dan mengganjal di mata masyarakat, hendaknya dibicakan secara baik-baik melalui forum atau bersama unsur Muspida. Dan bila ada penyimpangan aturan hukum mohon dilaporkan kepada penegak hukum. “Kita tidak menginginkan adanya tindak kekerasan atau anarkis. Pihak kepolisian juga tidak menginginkan adanya pihak yang tidak berkepentingan ikut campur dan bermain dalam persoalan itu,”katanya.

Pada kesempatan itu, Kapolda juga memberi warning kepada segenap jajaran kepolisian terhadap maraknya kasus narkoba yang merambah Provinsi Aceh. “Jika ada anggota polisi yang terlibat narkoba akan ditindak dan diancam pecat,”katanya.

Oleh karena itu Kapoldaa meminta jajarannya untuk menghindari dan benar-benar membasmi peredaran dengan mempersempit jaringan narkoba. Karena narkoba bisa merusak moral dan mental anak bangsa. Sebagai memagari anak didik supaya tidak tercemar dari narkoba dan kejahatan lainnya, maka Kapolda membuat program, yakni polisi masuk sekolah. Polisi-polisi ini katanya nanti akan membawa penguatan kamtibmas dengan masuk ke sekolah-sekolah dengan program yang dirumuskan sedemikian rupa, sehingga siswa bisa membentengi diri dan keluarga terhadap bahaya narkoba.

Terkait dengan pelaksanaan Pilkada yang sudah diambang pintu, Kapolda Aceh secara tegas menyatakan, selama kepemimpinannya sudah menyampaikan kepada seluruh jajaranya untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi Pilkada. Terutama menyikapi permasalahan dan tindakan-tindakan apa saja yang akan dilakukan serta melakukan pelatihan-pelatihan, kesiapan-kesiapan logistik dan yang terkait dengan itu. Untuk kesiapan itu pihaknya akan mengerahkan kurang lebih 2/3 kekuatan. Yakni sekitar 10.000 kekuatan dari 15.500 jumlah personel polisi yang tersedia ditambah dari anggota TNI dan Linmas.(az)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 15 April 2011

Jalan Cot Bayu Memprihatinkan

Sun, Mar 6th 2011, 08:59

TAPAKTUAN - Kondisi keruskan jalan Desa Desa Cot Bayu, Kecamatan Trumon Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, rusak parah. Jalan sepanjang 2 kilometer sulit dilintasi, terutama pada musin hujan, karena dipenuhi lubang-lubang besar yang dapat mengundang maut.

Camat Trumon Tengah, Abdul Munir, kepada Serambi Sabtu (5/3) mengatakan, kerusakan jalan desa itu semakin parah. Jalan desa bekas transmigrasi itu dipenuhi lubang-lubang besar sehingga sulit dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat. Bahkan tidak sedikit warga yang mengalami kecelakaan ketika menghindari lubang tersebut.

Jalan poros yang menghubungkan Desa Jambo Papeun dan Desa Padang Harapan itu sudah rusak belasan tahun, namun hingga kini belum ada tanda-tanda akan diperbaiki. Selain mengganggu kenyamanan warga, dimana pada musim penghujan rumah-rumah mereka dikotori percikan lumpur, dan sebaliknya pada musim kemarau rumah-rumah di sepanjang jalan itu di baluti dengan debu.

Kerusakan ruas jalan tersebut, juga membuat aktivitas ekonomi masyarakat tersendat. Terutama bagi warga yang berprofesi sebagai petani, dimana hasil pertaniannya sangat sulit dibawa ke pasar untuk dijual, karena mobil angkuatan umum enggan masuk ke daerah itu. Untuk itu masyarakat setempat sangat berharap kepada pemerintah untuk segera membangun badan jalan dan jembatan darurat yang menghubungkan dua desa bertetangga tersebut.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 11 April 2011

PT PSU Diminta Bertanggung Jawab

Kerusakan Jalan di Manggamat
Thu, Mar 3rd 2011, 08:21

BANDA ACEH - Ketua Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tanwier Mahdi mendesak perusahaan penambang bijih besi bertanggung jawab terhadap kerusakan badan jalan Manggamat-Kuta Fajar, Aceh Selatan. Ia minta perusahaan bijih besi milik PT Pinang Sejati Utama (PSU) membangun jalan sendiri untuk mengangkut hasil tambang serta jalan warga yang rusak akibat dilintasi alat berat pengangkut bahan tambang supaya segera diperbaiki.

Kepada Serambi, Rabu (2/3), Tanwier Mahdi mengakui menerima laporan dari warga di Manggamat. Keluhan warga itu dinilainya sangat beralasan karena sarana perhubungan mereka saat ini rusak parah. Belum ada jaminan pihak perusahaan tersebut mau memperbaiki jalan itu.

“Dana untuk pembangunan jalan ini pernah dianggarkan dalam APBA tahun 2008 sekitar Rp 8 miliar. Jalan aspal ini sudah rusak,” ujarnya. Tanwier Mahdi mendukung upaya dewan setempat yang merekomendasikan penutupan operasional perusahaan itu. Sebab kalau terus dibiarkan, maka konflik akan terus terjadi apalagi beberapa waktu lalu terjadi konflik antara sesama warga. “Kita tidak ingin persoalan ini kembali terulang,” ujar anggota dewan asal pemilihan Aceh Selatan dan Abdya ini.

Ditanya kenapa ia tidak memelopori pembentukan pansus untuk meneliti kondisi di Manggamat. Tanwier mengaku langkah ke arah ini terbuka lebar. Namun anggota komisi B DPRA beberapa waktu lalu pernah datang ke lokasi, tetapi tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa masuk ke lokasi tambang.

Seperti diberitakan, Ketua Tim Pansus DPRK Aceh Selatan bersama wakil ketua dan 14 anggoata DPRK setempat merekomendasi kepada Ketua DPRK setempat agar meminta eksekutif mencabut segera seluruh izin usaha pertambangan batu bijih besi di kawasan Desa Simpang Dua Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah.

Soalnya, usaha produksi pertambangan yang dilakukan KSU Tiega Manggis dan PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) itu telah melanggar Undang-Undang tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan.(swa)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 10 April 2011

Mahasiswa Unjuk Rasa ke DPRK

Tuntut Tambang Bijih Besi Tutup
Wed, Mar 2nd 2011, 09:07


Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Aceh Selatan (Gemas), Selasa (1/3) berunjuk rasa ke Gedung DPRK Aceh Selatan menuntut pertambangan batu bijih besi ditutup secara permanen. SERAMBI/AZHARI

TAPAKTUAN - Puluhan mahasiswa dari berbagai lembaga kemahasiswaan yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Aceh Selatan (Gemas), Selasa (1/3) berunjuk rasa ke Gedung DPRK guna menuntut pertambangan bijih besi ditutup secara permanen, karena perusahaan itu dinilai telah menimbulkan kerusakan dan menyebabkan kerugian yang besar bagi daerah.

Puluhan mahasiswa lintas perguruan tinggi itu berkumpul di sekretariat HMI, sekitar pukul pukul 10.30 WIB bertolak ke gedung DPRK di jalan Syech Abdurrauf. Selain mengusung spanduk yang terbuat dari kain dan kertas karton bertuliskan antara lain PT PSU tutup, Husin Yusuf dan Daska Aziz bangun dari tidur, Pemkab harus tegas menyelesaikan persoalan tambang di Manggamat, di sepanjang jalan itu yang mendapat pengawalan ketat dari puluhan personel polisi yang dikoordinir langsung Kapolres Aceh Selatan, AKBP Bambang Syafrianto SIK.

Serta mendesak Pemkab dan DPRK untuk segera mengevaluasi seluruh izin pertambangan yang telah dikeluarkan Pemkab bersama instansi terkait. Hasil evaluasi harus dipublikasikan kepada masyarakat. Kehadiran mereka disambut oleh Ketua DPRK Safiron didampingi sejumlah anggota dewan lainnya. Suasana di gedung itu mendadak menjadi tegang, bahkan nyaris bentrok ketika para dewan itu tidak bersedia menandatangi kontrak komitmen penutupan tambang bijih besi.

Menghindari terjadinya hal yang tidak diingini wakil rakyat itu beranja menuju ruang meninggal para pendemo. Merasa tuntutannya tidak ditanggapi, para pendemo kembali meneriakkan yel-yel mengatakan, mengatakan DPRK ego, tidak berpihak kepada rakyat tetapi hanya berpihak kepada perusahaan.

Meskipun telah berulang kali didesak untuk menandatangani kontrak komitmen itu, namun pimpinan dan anggota dewan tetap saja tidak bersedia, sehingga para pendemo itu terpaksa shalat dhuhur berjamaah di depan gedung DPRK. “Kalau dewan tidak menandatangani kontrak komitemen kami tidak akan mundur. Kami tetap akan menduduki gedung hingga hingga tuntutan dipenuhi,”kata pendemo.

Massa baru meninggalkan gedung itu bertolak ke kantor bupati di jalan T Ben Mahmud sekitar pukul 13.15 WIB, setelah Ketua DPRK Safiron bersama empat orang anggota DPRK lainnya menandatangani kontrak komitmen itu, yakni Deni Irmansyah, Zulfar, Abdullah, Abdul Aziz.

Kehadiran mereka di kantor bupati disambut Asisten Administrasi, Syamsulijar. Karena Bupati Husin Yusuf tidak berada di tempat, maka pendemo terpaksa bubar dan duduk di sudut-sudut halaman kantor itu menunggu hingga bupati datang. Hingga sore kemarin para pendemo dari berbagai lembaga kemahasiswa itu masih tetap bertahan di halaman kantor bupati.

Isu Suap Merebak
Selain itu mahasiswa juga menyuarakan soal munculnya isu suap terhadap tim pansus DPRK oleh PT PSU yang sangat santer dibicarakan. Sejumlah anggota tim pansus yang telah menerima suap itu dilaporkan mulai gundah karena kasus itu sudah sampai ke pimpinan dewan.

Wakil Ketua Tim Pansus DPRK, Abdullah yang ditanyai Serambi membenarkan adanya isu tersebut. Bahkan atas pernyataan sikap enam orang anggota dari 16 jumlah anggota tim pansus yang merasa tidak menerima apa-apa itu sudah melaporkan dugaan suap itu ke pimpinan dewan sekaligus meminta untuk diusut tuntas.

Terkait masalah itu, Direktur PT Pinang Sejati Utama (PT PSU), Hj Latifah Hanum didamping pengacaranya Orik Ardiansyah SH (Asisten Moh Ma’ruf SH MH dari Kantor Ma’rufsyah and Parters MSP Firm) membantah keras sinyalemen itu. Pihaknya menyatakan tidak pernah menyogok (suap) anggota tim pansus DPRK. “Sepersenpun saya tidak memberikan uang kepada tim pansus, konon lagi menyogok hingga puluhan juta sebagaimana disampaikan,”katanya.

Terhadap tudingan yang mengatakan, izin usaha eksplorasi dan ekploitasi pertambangan bijih besi tidak lengkap, secara tegas Hanum menyatakan, semua persyaratan dan izin tentang eksplorasi dan eksploitasi sudah dilengkapi dan dipenuhi. Begitu juga halnya dengan kewajiban terhadap negara, daerah dan terhadap masyarakat juga sudah dipenuhi.(az)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 08 April 2011

Suasana Haru Warnai Perdamaian Warga Koto dengan KRM

Tue, Mar 1st 2011, 08:37

TAPAKTUAN - Suasana haru mewarnai prosesi perdamaian antara warga Desa Koto Menggamat, Kecamata Kluet Tengah dengan kelompok usaha angkuta Kluet Raya Motor (KRM), Senin (28/2) di Kopmleks Pasar Ikan, Koto Manggamat.

Acara perdamaian itu juga dihadiri masyarakat dari berbagai desa dari wilayah Kluet Raya dan Kajari Tapaktuan, Meiza Koirawan SH, Sekdakab Harmaini, Direktur Utama PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) Hj Latifah Hanum, Muspika Kecamatan Kluet Tengah, Kluet Utara, tokoh adat dan tokoh ulama setempat.

Puncak acara perdamaian itu juga dilengkapi dengan acara tepung tawar (peusijuek) kedua belah pihak yang diawali oleh Bupati Aceh Selatan, Husin Yusuf dilanjutkan Kapolres AKBP Bambang Syafrianto SIK, Ketua DPRK Safiron, Danki Brimob Trumon Timur, Iptu Akmal, Camat Kluet Tengah, M Hasbi, Camat Kluet Utara, T Zainal, Imum Mukim Manggamat, Jasa, Imum Mukim Sejahtera Kluet Utara, Sudirman dan diakhiri tokoh Majelis Adat Aceh (MAA) setempat, Tajuddin.

Dalam kesempatan itu, Kapolres AKBP Bambang Syafrianto SIK mengimbau masyarakat yang terlanjur berselisih paham untuk melupakan persoalan masa lalu, dan meminta untuk menjaga perdamaian yang telah disepakati itu. “Jadikanlah semua persoalan itu sebagai pelajaran dalam membangun daerah yang lebih baik. Masih banyak persoalan daerah yang harus diselesaikan,”katanya.

Dikatakan, dalam kehidupan ini tidak ada yang tidak punya masalah, tapi setiap persoalan itu bisa diselesaikan bila seseorang itu mau menyelesaikannya. Selaku penegak hukum pihaknya berkewajiban untuk menyelesaikan persoalan yang timbul di kalangan masyarakat.

“Perdamaian kedua belah pihak itu dilaksanakan dengan niat tulus, karena kita tidak mau melihat adanya keributan dan pergesekan sosial berlama-lama di tengah-tengah masyarakat,”katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Pimpinan DPRK Didesak Segera Paripurnakan Hasil Pansus

Soal Pertambangan Bijih Besi
Mon, Feb 28th 2011, 08:24

TAPAKTUAN - Tim Pansus mendesak pimpinan dewan segera menggelar rapat paripurna tentang rekomendasi pencabutan seluruh izin usaha produksi pertambangan batu bijih besi di kawasan Desa Simpang Dua Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah yang dilakukan KSU Tiega Manggis dan PT Pinang Sejati Utama (PT PSU). Desakan itu dilakukan untuk menghindari meluasnya konflik sosial di kalangan masyarakat.

Deni Irmansyah, seorang anggota tim Pansus DPRK Aceh Selatan, kepada Serambi, Minggu (27/2) mengatakan, rekomendasi penghentian seluruh aktivitas pertambangan batu bijih besi di Desa Simpang Dua Manggamat yang diekploitasi PT PSU selaku pemilik kuasa izin pertambangan sudah diserahkan ke koordinator pansus, Khaidir Amin SE, untuk selanjutnya diparipurnakan.

Bahkan sebelumnya pimpinan dewan sudah mengagendakan jadwal paripurna yang jadwalnya dilaksanakan, Senin (21/2).Tapi karena sesuatu hal rapat paripurna hasil pansus itu menjadi tertunda, dan hingga kini belum ada kepastian. Karena itu, melalui koordiator tim pansus pihaknya mendesak pimpinan untuk segera menjadwalkan kembali sidang paripurna itu. Hal ini perlu untuk menghindari meluasnya konflik di kalangan masyarakat.

Bukan itu saja, sidang paripurna itu juga untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan PT PSU apakah pertambangan itu dihentikan sementara atau dihentikan secara total seperti rekomendasi tim pansus. “PT PSU juga meminta kepastian karena hingga kini seluruh aktivitasnya masih terhenti menyusul terjadinya bentrok antara warga Koto Manggamat dengan oknum angkutan Kluet Raya Motor (KRM) yang mengakibatkan seorang securiti luka dibagian kepala serta menyebabkan satu unit mobil kijang bersama dua unit rumah hangus dibakar,”katanya.

Terkait masalah itu, Koordinator Tim Pansus DPRK Aceh Selatan, Khaidir Amin yang dihubungi Serambi mengatakan, secara lisan pihaknya telah melaporkan hasil pansus itu ke Ketua DPRK Safiron. Tapi karena yang bersangkutan masih dinas di luar daerah, maka jadwal sidang paripurna ditunda hingga pimpinan itu pulang. “Kita upayakan sidang paripurna hasil pansus itu dalam pekan ini juga,”katanya.

Seperti diberitakan, selain merekomendasi untuk disidang paripurnakan, hasil pansus itu juga akan di rekomendasikan ke penegak hukum untuk ditindaklanjuti dugaan-dugaan penyimpangan yang ditemukan oleh tim pansus. Dikatakan, awalnya semua pihak merasa antusias dan menaruh harapan positif atas dibukanya sektor pertambangan di daerah dengan harapan terciptanya lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi rakyat.

Tapi ketika pertambangan bijih besi mulai berjalan, perbedaan pandangan mulai bermunculan hingga menimbulkan konflik di kalangan masyarakat. Hal ini ditandai dengan semakin meluasnya dampak yang ditimbulkan dari ekploitasi bijih besi tersebut.

Persitiwa bentrok antara masyarakat Desa Koto Manggamat dengan oknum angkutan KRM yang terjadi Selasa (15/2) malam merupakan salah satu dari sejumlah peristiwa yang terjadi antara masyarakat Desa Koto Manggamat, Kluet Tengah dengan sekelompok oknum angkutan Kluet Raya Motor (KRM) yang mengakibatkan satu unit mobil Kijang Kapsul milik anggota organisasi Kluet Raya Motor (KRM) dan dua unit rumah hangus dibakar. Serta salah satu rumah anggota LSM yang sedang mengadvokasi kasus ini juga dirusak merupakan salah satu penyebab dari dampak pertambangan itu.(az)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 07 April 2011

Erosi Krueng Ie Dingen Meukek Meresahkan

Sat, Feb 26th 2011, 09:30

TAPAKTUAN - Erosi Krueng Ie Dingen, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, kini kondisinya semakin parah. Bila tidak segera ditanggulangi ratusan rumah warga dan puluhan hektare lahan pertanian di sepanjang aliran sungai itu terancam amblas ke sungai. Keuchik Ie Dingen, Kecamatan Meukek, Nyak Zamzam didampingi anggota DPRK Aceh Selatan, Syahril kepada Serambi Jumat (25/2) mengatakan, masyarakat yang berdomisili di sepanjang sungai itu kini mulai diresahkan dengan erosi sungai Ie Dingen yang kini terus mengikis lahan pertanian dan pemukiman penduduk.

Selain rumah, lahan persawahan dan sejumlah kolam ikan milik warga yang berada di sepanjang bibir sungai itu juga semakin terancam amblas ke sungai. Hal itu disebabkan, karena sungai itu sudah sangat dangkal, serta sudah berkelok-kelok, sehingga sedikit saja hujan sudah meluap ke pemukiman penduduk.

Permasalahan itu harus segera diatasi. Upaya yang sebaiknya dilakukan adalah membuat talut di sepanjang sungai itu sehingga benar-benar mampu menahan terjangan arus. Rumah, lahyan pertanian dan kolam ikan warga di tepi sungai itu bisa terselamatkan. “Kita sudah pernah bermohon kepada pemerintah setempat untuk menormalisasikan sungai yang sudah dangkal sekaligus membuat tanggul pengaman tebing, namun hingga kini belum ada realisasinya,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Ribuan Warga Manggamat Naik Gunung Usir Gajah

Thu, Feb 24th 2011, 08:54

TAPAKTUAN-Ribuan warga dari berbagai desa di Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, dengan dilengkapi peralatan menaiki gunung untuk mengusir kawanan gajah liar yang selama ini dilaporkan telah meresahkan warga.

Deni Irmansyah, anggota DPRK Aceh Selatan, kepada Serambi Rabu (23/2) mengatakan, seribuan warga dalam tujuh desa dalam Kecamatan Kluet Tengah, yakni Desa Koto, Koto Indarung, Lawe Melang, Padang, Pulau Air, Mersak dan Siurai-Urai sejak Rabu pagi kemarin naik ke gunung menelusuri hutan belantara mengusir kawanan gajah liar.

Pengusiran kawanan gajah liar yang dilakukan warga dengan menggunakan alat berupa rabana, trompet petasan dan perlengkapan lainnya itu merupakan inisiatif warga sendiri yang tidak sanggup lagi menerima ancaman gajah yang telah meresahkan warga. Sementara Pemkab dan BKSDA sendiri tidak pernah merespon pengaduan masyarakat atas keganasan satwa dilindungi itu.

Dalam pengusiran gajah untuk kembali kehabitatnya itu warga dari tujuh desa itu dibantu dua orang pawang dari Pekan Baru yang didatangkan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PMPN) bagian lingkungan.

Menurut informasi yang diterima dari sejumlah kepala desa di kecamatan itu, pengusiran binatang berbelalai itu akan berlangsung selama tiga hari dengan titik saran kawasan Gunung Jambo Teka dan Gunung Sarah Baro yang selama ini sering dilintasi binatang dimaksud.

Deni menambahkan, konflik gajah dengan warga di Manggamat itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Ratusan hektar tanaman padi dan tanaman perkebunan warga sudah musnah digasak binatang itu. Bukan itu saja sejumlah warga juga tewas dan mengalami luka-luka akibat diamuk . Musibah terakhir menimpa Syamsuddin (38), warga Desa Koto Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah. Ia meninggal dunia 10 hari tak sadarkan diri setelah diamuk gajah.

Seperti diinformasikan, Syamsuddin diamuk gajah liar saat tidur sendirian di gubuk berukuran 2 x 2 meter di kebunnya, Dusun Pawoh, Senin (13/12) tengah malam. Dusun itu berjarak 30 menit perjalanan naik perahu robin dari tempat tinggalnya.

Karena ada makhluk besar yang menggerus pintu gubuknya, Syamsuddin terbangun. Bergegas ia ke luar. Ternyata seekor gajah dewasa sedang merusak gubuknya. Spontan ia melarikan diri. Tapi gajah itu berhasil menghadang langkahnya persis di depan pintu gubuk. Seketika itu juga gajah menarik korban dengan belalainya, lalu dibanting beberapa kali hingga tak berdaya. Setelah gajah pergi, Syamsuddin pun berteriak minta tolong. Warga yang mendengar suara jeritan itu langsung mendatangi gubuk korban.

Ia ditemukan sudah pingsan. Darah segar ke luar dari telinga kanannya yang sebagian sudah putus. Lalu warga menggotongnya ke sebuah gubuk milik petani lain yang tak jauh dari lokasi kejadian. Setelah siang, barulah korban dievakuasi ke puskesmas dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum dr Yulidin Away (RSUYA) Tapaktuan naik ambulans. Karena kondisinya makin parah, pihak keluarga membawa korban pulang ke rumah orang tuanya di Desa Ie Mirah. Sepulang dari rumah sakit, korban tak sadarkan diri hingga ajal menjemputnya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Gubernur Resmikan Dua Kecamatan Baru di Aceh Selatan

Wed, Feb 23rd 2011, 09:05


Gubernur Aceh Irwandi Yusuf Selasa (22/2) membuka selubung pada peresmian pemekaran kecamatan baru di Aceh Selatan, yakni Kecamatan Kota Bahagia dan Trumon Tengah. SERAMBI/AZHARI

TAPAKTUAN - Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, Selasa (22/2) meresmikan Kecamatan Kota Bahagia hasil pemekaran dari Kecamatan Bakongan, dan Kecamatan Trumon Tengah di Desa Buket Gadeng, Kecamatan Kota Bahagia, Aceh Selatan.

Dalam kesempatan itu, Irwandi Yusuf mengajak masyarakat untuk sama-sama membangun dan merawat perdamaian Aceh dengan niat baik dan tulus. Aceh tidak bisa dibangun dengan modal fitnah dan adu domba yang dapat membuat perpecahan antara sesama.

Irwandi Yusuf mengucapkan selamat atas peresmian Kecamatan Kota Bahagia dan Kecamatan Trumon Tengah. Mudah-mudahan dengan kehadiran dua kecamatan baru itu, pelayanan publik kepada masyarakat menjadi semakin baik.

Camat Kota Bahagia, Muhammad Rasyid dan Camat Trumon Tengah, Abdul Munir yang juga baru dilantik diminta segera melaksanakan tugas sesuai dengan yang diinginkan masyarakat, tidak menimbulkan keributan. “Mulai besok camat sudah siap dengan stempel,”katanya.

Sebagai orang Aceh, Irwandi mengaku punya kesan tersendiri dengan Bakongan. Daerah ini merupakan tempat para pejuang lahir, berjuang dan syahid, yakni Tgk Cut Ali dan Tgk Raja Angkasa. “Saya yakin, hari ini, ditempat ini diantara kita ada anak cucu atau keturunan langsung dari kedua pahlawan itu. Maka saya mengajak seluruh masyarakat Aceh Selatan, mari melanjutkan cita-cita dan perjuangannya untuk membangun Aceh ke depan yang lebih baik,”katanya.

Ajakan seperti itu, menurut Irwandi Yusuf selalu didengungkan di berbagai tempat dan kesempatan. Bagi rakyat Aceh pilihannya hanya satu, yakni melanjutkan perjuangan. “Mari kita bangun Aceh dengan niat baik dan tulus,”katanya.

Dalam acara yang dirangkai dengan kenduri maulid akbar yang ikut dihadiri, Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Mulyono, Bupati Aceh Selatan Husin Yusuf, Wabup Daska Aziz beserta unsur Muspida dan sejumlah tokoh ulama, seperti Abu Adnan, Prof Dr Abuya Muhibuddin Waly, dan Waled Marhaban.(az)

Sumber : Serambinews.com