Senin, 27 Juni 2011

Gajah Makin Mengganas di Aceh Selatan

Thu, May 5th 2011, 16:06

TAPAKTUAN - Gangguan gajah liar di sejumlah desa di Kecamatan Bakongan Timur (Bakotim), Aceh Selatan, dalam beberapa pekan terakhir semakin mengganas. Akibatnya penduduk mulai cemas untuk berpergian ke kebun
Sekdes Simpang, Razali, kepada Serambinews.com, Kamis (5/5/2011), mengatakan, setelah merusak sebuah gubuk milik Yahyah (40) warga Simpang tiga pekan lalu, kini binatang berbelalai itu kian mengganas.
Selain merusak tanaman sawit, pinang, pisang, kacang dan tanaman palawija lainnya milik warga. Kawanan binatang yang berjumlah tiga ekor itu kini sudah masuk kepemukiman penduduk. Bahkan sudah berkeliaran diseputar rumah penduduk.
Meski keberadaan satwa itu sudah meresahkan masyarakat, namun hingga kini belum ada upaya pemerintah setempat dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mendatangkan gajah jinak untuk menggiring kembali gajah liar itu ke habitatnya..
Sementara upaya pengusiran yang dilakukan warga dengan cara tradisonal membakar api unggun dan membunyikan bunyian-bunyian tidak membuahkan hasil. Gajah itu hanya menghilang sesaat.(azhari)

Sumber : Serambinews.com

Murid SD Terpaksa Merangkak ke Sekolah

Wed, May 4th 2011, 09:03
* Lima Bulan Jembatan Krueng Suaq Ambruk belum Diperbaiki

TAPAKTUAN - Jembatan Krueng Suaq, Desa Titi Poben, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan, sudah lima bulan dibiarkan rusak. Namun hingga kini belum ada upaya pemerintah setempat untuk membangun kembali. Selain para petani kesulitan mengangkut hasil kebun, ratusan siswa juga terpaksa merangkak di jembatan darurat untuk sampai ke sekolah.

Kepala Desa (Kades) Titi Poben, Syamsul Arifin, kepada Serambi, Selasa (3/5) mengatakan, jembatan yang membelah sungai Krueng Suaq itu dibangun tahun 1982 ketika pembukaan transmigrasi. Jembatan yang terbuat dari batang kelapa itu sudah sering rusak dan sudah berulangkali diperbaiki masyarakat secara bergotong royong.

Tapi kerusakan yang terjadi kali ini merupakan yang terparah, sehingga warga sangat sulit untuk memperbaiki, karena semua kayu yang membentang di atas jembatan itu sudah lapuk akibat dimakan usia, sehingga satu persatu kayu dari batang kelapa itu ambruk ke dalam sungai.

Runtuhnya jembatan Krueng Suaq itu, mengakibatkan kawasan itu terisolir. Sekurangnya 75 kepala keluarga terpaksa menggunakan jembatan darurat meskipun membahayakan jiwa mereka. Namun ketika debit air sungai tinggi, jembatan darurat juga tidak bisa membantu warga keluar masuk ke sentral perkebunan.

Kondisi ini juga sangat dirasakan oleh siswa yang bersekolah di SD yang berlokasi di seberang sungai itu. Bahkan untuk menuju ke sekolah mereka terpaksa merangkak ketika melintasi jembatan darurat tersebut.

Seperti pengakuan Kepala SD setempat, Jarinal kepada Serambi belum lama ini, akibat belum diperbaikinya kerusakan jembatan tersebut para murid di sekolah yang dipimpinnya itu terpaksa merangkak di atas jembatan itu untuk mencapai ke sekolahnya yang berada di sebarang sungai.

Meskipun orang tua mereka prihatin dengan kondisi jembatan, namun anak-anak terpaksa melintasi jembatan sederhana agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah.

Jarinal mengakui sudah pernah melayangkan proposal pembangunan jembatan itu ke Dinas Pekerjaan Umum setempat, namun hingga kini belum ada tanggapannya. “Kita sudah bermohon ke dinas PU, namun belum ada realisasinya,” katanya.

Terkait hal tersebut, Kapala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas PU Aceh Selatan, Bahrumsyah yang dihubungi Serambi, mengakui sudah mendapat laporan tentang kerusakan jembatan di Desa Titi Poben tersebut. Bahkan pihaknya juga sudah mengusulkan pembangunan jembatan itu.

Tapi pembangunan jembatan yang direncakan permanen itu belum dapat dilaksanakan, karena anggaran untuk itu tidak tertampung dalam APBK 2011 sehubungan dengan terjadinya difisit anggaran daerah. “Kita akan programkan kembali pembangunan jembatan itu pada APBK 2012,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 26 Juni 2011

Arus Sungai Deras, Ratusan Siswa di Bulohseuma tak Bisa Bersekolah

Mon, May 2nd 2011, 09:03

TAPAKTUAN - Ratusan murid SD dan SMP di Kemukiman Bulohseuma, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, dilaporkan sudah empat hari tidak bisa bersekolah. Kondisi ini terjadi karena sampan yang selama ini mereka manfaatkan sebagai alat transportasi pengganti rakit tidak bisa difungsikan sehubungan air sungai Krueng Bulohseuma cukup deras setelah kawasan itu diguyur hujan.

Ilyas, tokoh pemuda Kemukiman Bulohseuma, kepada Serambi, Minggu (1/5) menyebutkan, ratusan murid SD dan SMP di daerah terpencil itu dalam empat hari terakhir ini terpaksa mengurung niat untuk pergi ke sekolah. Mereka tidak bisa pergi ke sekolah karena rakit penyeberangan belum beroperasi akibat tali kabelnya yang putus diterjang arus sungai sebulan lalu itu hingga kini belum diganti.

Sementara sampan yang dijadikan sebagai pengganti rakit itu, kata Ilyas, tidak bisa menyeberangi sungai seluas 60 meter itu, karena airnya sangat deras setelah kawasan itu diguyur hujan lebat yang terjadi dalam sepekan terakhir ini. “Sudah empat hari siswa di Desa Raket dan Desa Kuta Padang tidak bisa bersekolah, karena air sungai deras,” katanya.

Selain menghambat para murid pergi ke sekolah, derasnya air sungai Krueg Bulohseuma juga mengakibatkan aktifitas masyarakat di dua desa itu terganggu. Warga yang berdomisili di Desa Raket tidak bisa bepergian untuk berobat ke Pustu di Desa Kuta Padang. Begitu juga sebaliknya, warga dari Desa Kuta Padang tidak bisa pergi ke kebun dan berbelanja di Desa Raket.

Karena itu masyarakat di daerah terpencil itu sangat berharap kepada pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Perhubungan untuk segera mengoperasikan kembali rakit penyeberangan itu. “Masyarakat sangat berharap rakit tersebut dioperasikan kembali. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut bisa memperburuk pendidikan dan perekonomian masyarakat di daerah terpencil tersebut,” katanya.

Terkait masalah itu, Kadis Perhubungan Aceh Selatan Drs Tio Achriyat yang dihubungi secara terpisah, menyatakan, masyarakat Bulohseuma tidak perlu gundah, karena dalam waktu dekat rakit tersebut akan dioperasikan kembali. “Kita sedang upayakan pengadaan kebel. Dalam waktu dekat rakit itu sudah beroperasi kembali,” janjinya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Barat-Selatan Banjir lagi

Sun, May 1st 2011, 11:23

TAPAKTUAN - Hujan lebat yang mengguyur kawasan Pantai Barat-Selatan Aceh dalam dua hari terakhir, telah menyebabkan sejumlah kawasan di wilayah itu banjir lagi. Namun, banjir yang juga disebabkan meluapnya sejumlah sungai, kali ini, tidak sampai memaksa penduduk setempat untuk mengungsi. Camat Labuhan Haji Barat, Suhaidi kepada Serambi di lokasi banjir, menyebutkan, banjir itu terjadi akibat meluapnya sungai Pulokam menyusul guyuran hujan melanda kawasan itu selama tiga jam. Namun genangan banjir ketinggian mencapai 40 cm-70 cm dari permukaan rumah penduduk itu baru surut sekitar pukul 21.00 WIB setelah hujan reda.

Ratusan rumah warga yang digenangi banjir itu meliputu Desa Tengoh Iboh, Pulokam dan Desa Tutong. Meski tidak ada warga yang mengungsi. Namun, masyarakat di tiga desa yang berada disekitar di pusat perbelanjaan itu mengalami kerugian besar, peralatan rumah tangga dan barang dagangan ikut diredam banjir. Aktivitas belajar mengajar di SDN 1 dan SDN 2 Blangkejeren, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan, kemarin, juga tampak terhenti total. Seluruh ruang kelas, kantor dewan guru dan juga perpustakaan sekolah masih digenangi lumpur setebal 20 cm. Para siswa dan juga guru, kepala sekolah dibantu masyarakat sekitar tampak berusaha membersihkan lumpur yang ditinggalkan akibat rendaman banjir semalaman.

Sementara itu, beberapa kawasan rawan banjir di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), hingga kemarin, juga masih terlihat digenangi banjir luapan setinggi 20 Cm. Kenndati air sempat surut beberapa saat, namun karena hujan terus mengguyur kawasan itu air pun kembali naik. Kondisi ini antara lain dialami warga Ujong Padang, Kecamatan Susoh, dan warga Lhueng Geulumpang Kecamatan Kuala Batee. Banjir bercampur lumpur itu juga menenggelamkan sejumlah kolam ikan dan tanaman padi milik warga yang sedang berbuah. Bahkan hujan yang mengguyur wilayah Aceh Selatan, dalam dua hari terakhir, juga telah mengakibatkan sejumlah ruas jalan di kabupaten itu ikut terendam banjir.

Dari Singkil dilaporkan pula bahwa sejumlah kawasan di daerah itu, kemarin, tampak mulai tergenang banjir. Kondisi ini disebabkan karena meluapnya sejumlah sungai, setelah hujan deras mengguyur daerah itu dalam dua hari terakhir. Air mulai meninggi hingga masuk ke pekarangan rumah penduduk menjelang subuh, Sabtu (30/4). Berdasarkan hasil pantauan, pemukiman penduduk dan perkebunan kelapa sawit di kawasan Lae Ijuk, Kecamatan Gunung Meriah, tergenang. Di daerah ini air sudah menyentuh lantai rumah. Kemudian jalan menuju Teluk Rumbia dan Rantau Gedang, Singkil, juga digenangi air dengan ketinggian sebetis orang dewasa. Sementara itu, sebanyak 320 jiwa masyarakat pedalaman di Desa Kuala Seumayam, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, sepanjang Sabtu (30/4) kemarin, dilaporkan juga digenangani banjir setinggi 1,5 meter. Banjir yang kembali melanda kawasan ini disebabkan guyuran hujan yang terjadi sejak beberapa hari terakhir.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut, mengatakan kawasan pedalaman itu memang kerap dilanda banjir karena pemukiman warga berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). “Akibatnya, ketika sungai meluap akibat guyuran hujan lebat, makan banjir akan melanda kawasan itu,” katanya kepada Serambi, kemarin.(az/tz/c39/edi)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Digoyang Gempa, Warga Aceh Selatan Berhamburan

Fri, Apr 29th 2011, 17:05

TAPAKTUAN - Gempa berkekuatan 6,0 skala richter kembali mengoncang Kota Tapaktuan, Aceh Selatan. Belum diketahui adanya kerusakan dan korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun getaran gempa yang terjadi sekitar pukul 15.56 WIB itu membuat masyarakat di sekitar panik dan berhamburan keluar.
Pantauan Serambinews.com, di Jalan Merdeka, pusat perbelajaan, terlihat sejumlah warga yang berhamburan keluar. Hal yang sama juga terlihat di Jalan T Ben Mahmud. Puluhan siswa SMA 1 Tapaktuan yang sedang belajar di lantai dua terpaksa berlarian turun ke bawah, karena takut gedung bertingkat itu roboh. Sementara sejumlah siswa lainnya tetap bertahan di dalam ruangan.
Menurut informasi, goncangan gempa tersebut tidak hanya dirasakan warga Kota Tapaktuan, hal serupa juga dirasakan masyarakat Kecamatan Meukek. Seperti dilaporkan Yunardi (35) warga Desa Ie Dingen, bahwa seluruh warga yang berada di dalam rumah dan kios-kios berhamburan keluar rumah menghindari kemungkinan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara Sekdes Padang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Helmi juga mengakui getaran genpat terjadi di daerah, namun peristiwa itu tidak menimbulkan kepanikan warga. yang merasakan gempa itu tetap berada di dalam rumah. “Memang ada terasa gempa, tapi tidak menimbulkan kepanikan," katanya.(azhari)

Sumber : serambinews.com

Digoyang Gempa, Warga Aceh Selatan Berhamburan

Fri, Apr 29th 2011, 17:05

TAPAKTUAN - Gempa berkekuatan 6,0 skala richter kembali mengoncang Kota Tapaktuan, Aceh Selatan. Belum diketahui adanya kerusakan dan korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun getaran gempa yang terjadi sekitar pukul 15.56 WIB itu membuat masyarakat di sekitar panik dan berhamburan keluar.
Pantauan Serambinews.com, di Jalan Merdeka, pusat perbelajaan, terlihat sejumlah warga yang berhamburan keluar. Hal yang sama juga terlihat di Jalan T Ben Mahmud. Puluhan siswa SMA 1 Tapaktuan yang sedang belajar di lantai dua terpaksa berlarian turun ke bawah, karena takut gedung bertingkat itu roboh. Sementara sejumlah siswa lainnya tetap bertahan di dalam ruangan.
Menurut informasi, goncangan gempa tersebut tidak hanya dirasakan warga Kota Tapaktuan, hal serupa juga dirasakan masyarakat Kecamatan Meukek. Seperti dilaporkan Yunardi (35) warga Desa Ie Dingen, bahwa seluruh warga yang berada di dalam rumah dan kios-kios berhamburan keluar rumah menghindari kemungkinan akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara Sekdes Padang, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Helmi juga mengakui getaran genpat terjadi di daerah, namun peristiwa itu tidak menimbulkan kepanikan warga. yang merasakan gempa itu tetap berada di dalam rumah. “Memang ada terasa gempa, tapi tidak menimbulkan kepanikan," katanya.(azhari)

Sumber : serambinews.com

Rabu, 22 Juni 2011

Jalan ke Pertambangan PT PSU Dibokir Warga

Thu, Apr 28th 2011, 09:07

TAPAKTUAN - Puluhan warga Desa Paya Ateuk, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan, memblokir jalan menuju PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) di desa tersebut. Aksi ini menyebabkan aktifitas angkutan material batu bijih besi terganggu.

Bobi (30) warga setempat kepada Serambi, Selasa (26/4) mengatakan, aksi pemblokiran ruas jalan dengan kayu di Desa Paya Ateuk itu dilakukan sebagai akumulasi kekecewaan warga terhadap sikap PT PSU yang hingga kini belum menuntaskan masalah ganti rugi tanah warga yang selama ini dijadikannya sebagai perluasan jalan untuk dilalui mobil pengangkut material batu bijih besi dan tanah yang diduga mengandung emas.

Tanah masyarakat yang belum dibayar ganti rugi oleh PT PSU itu mencapai puluhan hektare. Padahal untuk ganti rugi tanah itu, pihak PT PSU sebelumnya sudah berjanji pada pemilik tanah akan membayar tanah itu setiap bulan sebesar Rp 1.500.000.

“Kita sudah berulangkali mempertanyakan masalah ganti rugi tanah itu ke pihak perusahaan. Namun pihak perusahaan hanya berjanji akan membayar tanggaal 15 dan terakhir 25 April, namun hingga kini belum ada kejelasan,” katanya.

Menurutnya aksi pemblokiran jalan dengan kayu itu akan berlanjut hingga pihak perusahaan merealisasikan ganti rugi tanah warga. Terkait masalah pemblokiran jalan di Desa Paya Ateuk itu, Serambi belum berhasil menghubungi Direktur PT PSU, Hj Latifah Hanum. Beberapa kali dihubungi melalui HP-nya sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.(az)

Sumber : Serambinews.com

Ratusan Rumah di Pasie Raja Diterjang Banjir Lumpur

Thu, Apr 28th 2011, 09:04

TAPAKTUAN - Banjir bandang disertai lumpur menerjang ratusan rumah warga di tiga desa dalam Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan, Selasa (26/4) malam, setelah kawasan itu diguyur hujan selama dua jam.

Selain merendan rumah penduduk, banjir lumpur pekat yang terjadi akibat longsor badan jalan yang dibangun PT Pinang Sejati Utama (PT PSU) di pegunungan itu, juga menyebabkan puluhan hektare tanaman padi, jagung, kacang tanah, dan tananan palawija lainnya yang sedang berbuah atau siap panen ikut tertimbun lumpur.

Informasi yang dihimpun Serambi, lebih dari 100 rumah warga di tiga desa dalam Kemukiman Rasian, Kecamatan Pasie Raja, yakni Desa Krueng Kalee, Panton Bili, dan Desa Teupin Gajah, direndam banjir lumpur. Menurut penduduk yang rumahnya diterjang lumpur, peristiwa yang membuat warga setempat panik itu terjadi sekitar pukul 20.00 WIB setelah kawasan itu diguyur hujan lebat selama dua jam.

“Lokasi terparah terjadi di Desa Krueng Kalee, selain merendam rumah warga dengan ketinggian 20 centimeter. Banjir lumpur jugan menimbun badan jalan desa dengan ketebalan lumpur mencapai 40 cm,” lapor seorang warga.

Bukan itu saja, gudang pertanian juga ikut terendam dan mengakibatkan 4,5 ton pupuk TSP dan KSP bantuan Dinas Pertanian setempat ikut terendam. banjir juga merendam ruang belajar SDN 2 Rasian yang berada di pinggir jalan Desa Krueng Kalee, sehingga mengakibatkan para siswa terpaksa mengikuti ujian di dalam ruangan berlumpur.

“Hari pertama pelaksanaan UAS siswa terpaksa ujian di ruangan yang berlumpur, karena seluruh ruangan di sekolah itu terendam lumpur,” kata Kepala SDN 2 Krueng Kalee, Zailani.

Ketua Seneubok Desa Krueng Kalee, M Din didampingi tokoh masyarakat setempat, Sadnir (55) membenarkan ratusan rumah di desanya direndam banjir lumpur dari longsoran tanah gunung di badan jalan menuju Manggamat, Kluet Tengah, yakni jalan menuju pertambangan batu bijih besi milik PT PSU.

Menurutnya, peristiwa banjir lumpur yang menerjang desanya itu bukan yang pertama, namun bencana itu sudah menjadi langganan masyarakat di sana, yakni semenjak dilakukannya pembukaan jalan menuju pertambangan PT PSU. “Mereka membuka jalan, tapi saluran dibiarkan tersumbat,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Sarana Air Bersih Bantuan BRR Rusak

Masyarakat Trumon Beralih Konsumsi Air Sungai
Mon, Apr 18th 2011, 09:23

TAPAKTUAN - Sarana air bersih yang dibangun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) di Pulo Paya, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, tak bisa dimanfaatkan lagi. Instalasinya sudah banyak tersumbat dan rusak akibat tidak terurus. Akibatnya masyarakat di daerah itu terpaksa kembali beralih mengkonsumsi air sungai.

Camat Trumon, Isa Ansari, kepada Serambi, Minggu (17/4) mengatakan, ratusan kepala kerluarga dalam lima desa di Trumon yang sebelumnya sudah menikmati air bersih bangunan BRR di pegunungan Desa Pulo Paya tahun 2008, sejak dua tahun terakhir ini terpaksa kembali mengkonsumsi air sungai yang tidak layak menurut standar kesehatan untuk keperluan memasak, mandi mencuci dan kebutuhan lainnya.

Kondisi ini disebabkan, karena pembangunan sarana air bersih yang mampu menyuplai ke rumah-rumah warga dalam lima desa, yakni Desa Keude Trumon, Ujung Tanoh, Sigleng, Panton Bili, Kuta Baro, Padang Harapan dan Desa Seneubok Jaya itu kini sudah macet alias tak dapat dimanfaatkan lagi, karena sebagian besar jaringannya sudah tersumbat dan rusak akibat tidak ada perawatan atau tidak terurus.

Sementara tujuh desa lainnya dalam kecamatan itu, yakni Desa Ie Meudama, Teupin Tinggi, Kuta Padang, Raket, Gampong Tengoh, juga masih kewalahan mendapatkan air bersih. Mereka masih tetap memanfaatkan air sumur berwana kuning untuk kebutuhan sehari-hari, karena di kawasan terpencil itu belum tersedia sarana air bersih.

Untuk itu, tambah Isa Ansari, masyarakat sangat mengharapkan kepada Pemkab setempat untuk menfungsikan kembali sarana air bersih bangunan BRR di di Desa Pulo Paya, serta menambah jaringan ke desa lainnya, sehingga seluruh masyarakat di kecamatan itu tidak lagi mengkonsumsi air sungai dan air sumur yang tidak layak menurut standar kesehatan.

Terkait hal itu, Direktur PDAM Tirta Naga Tapaktuan, Sakdah ST yang dihubungi secara terpisah mengatakan, fasilitas air bersih yang dibangun BRR di Desa Pulo Paya, Trumon sudah diserahterimakan ke Pemkab setempat, namun aset daerah itu masih dikelola oleh desa, sehingga pengelolaannya tidak maksimal.

“Kerusakan sarana air bersih bangunan BRR di Desa Pulo Paya itu sudah berlangsung dua tahun dan hingga kini belum diketahui kapan bisa dioperasikan kembali,” katanya.

Sakdah menambahkan, untuk perbaikan dan perluasan jaringan air bersih di Kecamatan Trumon itu, pihaknya mengakui sudah mengusulkan ke pusat, namun hingga kini belum ada realisasinya. “Kita berharap perbaikan dan perluasan jaringan air bersih di kawasan itu bisa secepatnya direalisasikan,” harapnya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 09 Juni 2011

Hujan Dua Jam Rendam Puluhan Rumah di Samadua

Thu, Apr 14th 2011, 09:50

TAPAKTUAN- Hujan lebat yang mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Aceh Selatan, yang terjadi usai shalat magrib-hingga pukul 22.00 WIb Selasa (12/4) kemarin mengakibatkan puluhan rumah dalamlima desa di Kecamatan Samadua direndam banjir selama dua jam.

Kendati tidak ada warga yang mengungsi, namun banjir dengan ketinggian 50 centimeter itu mengakibatkan warga kalang kabut menyelamatkan barang-barang dan perlengkapan rumah tangganya dari genangan banjir.

Camat Samadua, Said Junaidi SH, kepada Serambi, Selama malam melaporkan, puluhan rumah warga di daerahnya digenangi banjir setelah kawasan itu diguyur hujan lebat yang terjadi sejak pukul 19.00 pukul 22.00 WIB.

Menurutnya, meskipun ketinggian air di dalam rumah mencapai 50 centimeter, namun belum ada warga yang mengungsi. Begitupun katanya, banjir sesaat itu setidaknya telah membuat kepanikan masyarakat. Mereka kalang kabut menyelamatkan barang-barang dan perlengkapan rumah tangganya ke tempat yang lebih tinggi.

Adapun rumah warga yang terendam banjir itu, meliputi Desa Baru, Desa Gadang, Ladang, Kasik Putih dan Desa Arafah. ”Kelima desa itu merupakan kawasan rawan banjir, karena parit dan gorong-gorong sudah menyempit dan tak sanggup menampung tumpahan air hujan,” katanya.

Selain, merendam rumah warga, banjir yang terjadi pada malam itu juga menyebabkan sejumlah ruas jalan nasional tergenang dan sulit dilintasi kenderaan bermesin. Antara lain jalan nasional yang melintasi Desa Tampang, Desa Gadang, Kasik Putih dan Desa Ladang. “Mulai pukul 22.15 WIB air sudah berangsur surut,” katanya.

Amatan Serambi, hujan deras yang berlangsung sekitar dua jam itu juga merendam ruas jalan nasional di Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, serta beberapa titik di ruas jalan nasional Desa Lhok Keutapang, Kecamatan Tapaktuan.(az)

Sumber : Serambinews.com

Gajah Mengamuk, Satu Gubuk Hancur Dirusak

Thu, Apr 14th 2011, 08:29

TAPAKTUAN - Kawanan gajah liar kembali memasuki perkampungan penduduk di Kecamatan Bakongan Timur (Bakotim), Kabupaten Aceh Selatan. Selain merusak tanamanan padi dan palawija, pomeurah itu juga meluluhlantakkan tanaman perkebunan seperti sawit dan coklat.

Binatang yang oleh rakyat Aceh sering disebut dengan teungku rayeuk itu juga merusak satu unit gubuk warga Desa Simpang. Sekdes Desa Simpang, Bakotim, Razali kepada Prohaba, Rabu (13/4) mengatakan, setelah reda beberapa bulan, kini kawanan gajah liar kembali mengusik ketentraman masyarat di daerahnya. Selain merusak tanaman padi, sawit, pinang, pisang, coklat dan tanaman palawija lainnya milik warga, kawanan gajah yang berjumlah enam ekor itu, juga telah memporakporandakan satu unit gubuk milik Yahyah (40) warga setempat, Selasa (12/4) sekitar pukul 01.00 WIB. Akibatnya keluarga tersebut terpaksa mengungsi ke kantor desa.

Menurutnya, gangguan gajah di kawasan itu sudah berlangsung lama dan peristiwa tersebut telah mengakibatkan perekonomian masyarakat di desa yang berpenduduk 99 persen bertani itu semakin terpuruk.

Meski gangguan gajah liar di kawasan itu sudah berlangsung lama, namun hingga kini belum ada upaya dari pihak pemerintah dan instansi terkait untuk menggiring binatang itu kembali ke habitatnya.

Sementara upaya pengusiran yang dilakukan masyarakat dengan bunyi-bunyian dan api obor belum mampu menghalau bintang itu ke habitatnya, malahan sebaliknya binatang itu balik menyerang warga.

Masyarakat setempat mengharapkan kepada BKSDA untuk segera mendatangkan pawang ke lokasi, untuk mengusir kawanan gajah yang sudah sepekan lebih berkeliaran di perkebunan penduduk itu. “Kita sudah laporkan peristiwa itu camat dan pihak BKSDA, namun hingga kini belum ada tindaklanjutnya,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Warga Air Berudang Tapaktuan Terserang DBD

Tue, Apr 12th 2011, 09:16

TAPAKTUAN- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti kembali menyerang warga Aceh Selatan. Kali ini menimpa Febriatul Akmal (17) warga Desa Air Berudang, Kecamatan Tapaktuan. Febriatul Akmal masuk rumah sakit Minggu (10/4) sore, dan hingga Senin kemarin masih di rawat secara intensifdi RSUYA Tapaktuan.

Kabid Pelayanan RSUYA Tapaktuan, dr Yunalis M Kes, kepada Serambi , Senin (11/4) membenarkan pihaknya sedang menangani seorang pasien yang diduga terserang DBD. Anak Syamsulijar (Asisten Adminstrasi Setdakab Aceh Selatan) yang merupakan warga Desa Air Berudang itu masuk rumah sakit Minggu (10/4) siktar pukul 15.00 WIB.

Menurut Yunalis, selain demam tinggi, pasien juga mengalami muntah-muntah. Tapi hasil diagnosa observasiFfebriatul belum menunjukkan pasien terjangkit DBD. Begitu juga di permukaan kulit pasien tidak ditemukan adanya bintik-bintik merah seperti biasa dialami pasien DBD lainnya.

Begitu pun pihaknya belum bisa memastikan apakah pasien benar telah terserang DBD atau belum. Untuk memastikan kebenaran penyakit yang diderita pasien itu pihaknya harus melakukan pemeriksaan laboratorium ulang.

“Trombositnya masih normal, yakni 162 ribu. Tapi untuk kepastian penyakit yang diderita pasien itu perlu pemeriksaan laboratorium ulang,” katanya. Didampingi Kasi Informasi, Marhamah, Yunalis mengatakan, kasus DBD dalam beberapa bulan terakhir ini tergolong tinggi dibandingkan dari tahun sebelumnya. Terhitung dari bulan Januari-hingga April, warga yang terserang DBD mencapai 46 orang, Kota Tapaktuan merupakan terbanyak terserang DBD.(az)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Rakit Belum Beroperasi, Transportasi Keude Padang-Raket Masih Lumpuh

Tue, Apr 5th 2011, 08:23

TAPAKTUAN –Jalur transportasi dari Desa Raket ke Desa Kuta Padang, Kemukiman Bulohseuma, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, masih lumpuh. Hal itu disebabkan rakit penyeberangan antar desa di daerah terpencil yang hanyut diterjang arus Rabu (30/3) lalu hingga kini belum dioperasikan.

Camat Trumon, Isa Ansari, kepada Serambi, Senin (4/4) mengatakan, hingga Senin kemarin transportasi dari Desa Raket menuju Desa Kuta Padang, masih lumpuh. Rakit penyeberangan hingga saat ini belum dioperasikan kembali akibat tali kabelnya yang putus diterjang derasnya arus sungai Krueng Bulohseuma pekan lalu belum tersedia.

Begitu pun sebagian siswa SD dan SMP dari dua desa bertentangga itu sudah mulai kembali bersekolah dengan memanfaatkan sampan warga sebagai sarana penyeberang. Para siswa itu diantar langsung oleh orang tuanya ke seberang sungai yang luasnya mencapai belasan meter itu guna menghindari terjadi hal yang tidak diinginkan.

Isa Ansari menambahkan, rakit penyeberangan yang pernah hanyut diterjang badai pada awal Juni 2010 itu merupakan asset Dinas Perhubungan Aceh Selatan, pengadaan tahun 2009. Rakit terbuat dari kayu berukuran 3x5 meter itu kembali hanyut diterjang arus sungai Krung Bulohseuma, Rabu (30/3) sekira pukul 09.00 WIB setelah daerah itu diguyur hujan deras.

“Masyarakat sedang mengupayakan pengadaan tali kabel, dalam waktu dekat rakit itu sudah beroperasikan kembali,” katanya. Seperti diberitakan, satu-satunya rakit penyeberangan yang selama ini digunakan masyarakat Kemukiman Bulohseuma, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan untuk mobilitas antar desa hanyut diterjang derasnya arus sungai Krueng Bulohseuma. Dampak dari hanyutnya rakit tersebut, selain melumpuhkan transportasi masyarakat juga terhentinya aktivitas anak-anak Gampong Raket dan Gampong Padang menuju sekolah.

Informasi dari Tuha Peut Gampong Raket, Nasruddin kepada Serambi, Minggu (3/4) menyebutkan, beberapa bulan lalu rakit itu selesai diperbaiki. Namun, ketika sungai meluap dan arusnya deras, tali kabel rakit penyeberangan antara Gampong Raket ke Gampong Kuta Padang di Kemukiman Bulohseuma itu putus. Musibah itu terjadi Rabu pagi pekan lalu. “Rakit itu hanyut sejauh satu kilometer ke arah laut,” lapor Nasruddin.

Meski kejadiannya sudah hampir sepekan, namun hingga Minggu kemarin belum ada upaya pemerintah atau dinas terkait untuk mendatangkan kabel pengganti atau memperbaiki kerusakan rakit yang sangat vital bagi masyarakat setempat. Dampak lain yang ditumbulkan, kata Nasruddin, puluhan kepala keluarga dari Gampong Raket tidak bisa berbelanja atau berobat ke puskesmas di Gampong Kuta Padang. (az)

Sumber : Serambinews.com

Rakit Penyeberangan Warga Bulohseuma Hanyut

Mon, Apr 4th 2011, 10:36

TAPAKTUAN – Satu-satunya rakit penyeberangan yang selama ini digunakan masyarakat Kemukiman Bulohseuma, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan untuk mobilitas antardesa hanyut diterjang derasnya arus sungai Krueng Bulohseuma. Dampak dari hanyutnya rakit tersebut, selain melumpuhkan transportasi masyarakat juga terhentinya aktivitas anak-anak Gampong Raket dan Gampong Padang menuju sekolah.

Informasi dari Tuha Peut Gampong Raket, Nasruddin kepada Serambi, Minggu (3/4) menyebutkan, beberapa bulan lalu rakit itu selesai diperbaiki. Namun ketika sungai meluap dan arusnya deras, tali kabel rakit penyeberangan antara Gampong Raket ke Gampong Kuta Padang di Kemukiman Bulohseuma itu putus. Musibah itu terjadi Rabu pagi pekan lalu. “Rakit itu hanyut sejauh satu kilometer ke arah laut,” lapor Nasruddin.

Meski kejadiannya sudah hampir sepekan, namun hingga Minggu kemarin belum ada upaya pemerintah atau dinas terkait untuk mendatangkan kabel pengganti atau memperbaiki kerusakan rakit yang sangat vital bagi masyarakat setempat. “Anak-anak kami sudah hampir seminggu tak bersekolah,” lanjut unsur pimpinan desa tersebut.

Dampak lain yang ditumbulkan, kata Nasruddin, puluhan kepala keluarga dari Gampong Raket tidak bisa berbelanja atau berobat ke puskesmas di Gampong Kuta Padang. “Kita sudah laporkan masalah ini ke kecamatan,” ujar Nasruddin.

Camat Trumon, Isa Ansari mengakui sudah menerima laporan hanyutnya rakit penyeberangan masyarakat di Kemukiman Bulohseuma. Camat sudah meneruskan laporan itu ke dinas terkait di kabupaten. “Hingga kini belum ada tanda-tanda penanganannya. Rakit itu memang sudah tidak layak lagi,” demikian Camat Trumon.(az)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Kadishutbun Aceh Selatan: 93 Persen Lahan Tambang BAM di Hutan Lindung

Sat, Apr 2nd 2011, 09:52

TAPAKTUAN - Kadis Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Kabupaten Aceh Selatan, Ir Said Azhar, mengatakan, sekitar 93 persen lokasi wilayah kuasa pertambangan PT Bintang Agung Mining (PT BAM) di kawasan pegunungan Desa Gunung Rotan, Kecamatan Labuhan Haji Timur, masuk dalam kawasan hutan lindung. Said Azhar kepada Serambi, Jumat (1/4) mengatakan, sesuai analisa yang dilakukan pihaknya pada Peta Arahan Fungsi Hutan Kabupaten Aceh Selatan skala 1:250.000 dan Peta Topografi skala 1:50.000, rencana lokasi wilayah kuasa pertambangan PT BAM seluas 5.000 hektare.

Maka dinyatakan, sekitar 350 hektare masuk kawasan budidaya atau areal penggunaan lain (APL). Sementara 4.650 hektar lainnya masuk kawasan hutan lindung. “Sesuai analisasi yang dilakukan hanya 7 persen masuk hutan produksi, sementara 93 persen lainnya wliayah kuasa ekplorasi pertambangan PT BAM itu masuk areal hutan lindung,” katanya. Dengan demikian, tambah Said Azhar, berarti pihak PT BAM hanya bisa melakukan ekplorasi di lokasi 350 hektare, yakni di kawasan APL. Sedangkan unuk melakukan ekplorasi di kawasan hutan lindung pihak perusahaan harus terlebih dahulu memiliki izin dari Menteri Kehutanan RI.

Hal ini sesuai dengan UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 38 ayat 3 disebutkan bahwa “penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka”. Said mengatakan, pihak dinas sudah menyampaikan kepada PT BAM, bahwa untuk melakukan ekplorasi di kawasan hutan lindung harus ada izin dari Menteri Kehutanan. ”Dishutbun tidak keberatan atas rencana PT BAM untuk melakukan kegiatan penambangan di areal yang dimaksud sejauh tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,” katanya.

Sementara Kadis Pertambangan dan Energi Aceh Selatan, T Asrul SHut yang dihubungi secara terpisah mengatakan, keberadaan PT BAM di kawasan itu sudah memiliki izin lengkap dari dinas teknis dan izin dari pemerintah. Dikatakan, izin lokasi kuasa pertambangan PT BAM itu mencapai 5.000 hektare. Meski 93 persen dari lokasi itu masuk dalam kawasan hutan lindung, sebagaimana disampaikan pihak Disbunhut, bukan berarti perusahaan itu tidak diperbolehkan melakukan ekplorasi di kawasan itu. Tapi, yang dilarang hanya melakukan ekploitasi di kawasan hutan lindung ”PT BAM belum melakukan pengeboran. Mereka masih melakukan sosialisasi dan mempersiapkan rencana ekplorasi. Tapi bila perusahaan itu melakukan ekploitasi di hutan lindung kita akan keluarkan mereka,” tegasnya.(az)

Sumber : Serambinews.com