Rabu, 08 Desember 2010

Angin Kencang Landa Samudera Hindia

* Boat Nelayan Terdampar di Pulau Banyak


Kapal tanker yang tengah mengangkut Crude Palm Oil (CPO) milik PT Socfindo yang terhempas ke pinggir pantai Kecamatan Susoh, Abdya Rabu (1/12) sore, hingga Sabtu (4/12) masih berada di lokasi tersebut. Kapal itu masih menunggu bantuan kapal penghela (tugboat) yang akan didatangkan dari Singapura. SERAMBI/TAUFIK ZAS


TAPAKTUAN - Angin kencang yang melanda wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya sejak sepekan terakhir, telah mengakibatkan satu boat pancing nelayan terdampar di perairan Kepulauan Banyak, Aceh Singkil. Angin kencang ini juga memicu gelombang besar yang menyebabkan puluhan kuburan warga di Kecamatan Bakongan Timur, Aceh Selatan, hilang digerus ombak.

Panglima Laot Kabupaten Aceh Selatan, Tgk M Jamil, kepada Serambi, Sabtu (4/12) melaporkan, hingga kemarin para nelayan di daerah yang dikenal dengan penghasil pala itu belum bisa melaut karena gelombang laut di perairan Samudera Hindia masih tinggi, menyusul angin kencang yang melanda kawasan itu dalam beberapa hari terakhir ini.”Kini semua boat milik nelayan itu sudah masuk ke muara dan naik ke darat,”katanya.

Menurutnya, badai yang sudah berlangsung sejak Selasa (30/11) lalu itu hingga Sabtu kemarin belum reda. Bahkan angin kencang disertai hujan itu semakin parah. Selain memaksa boat-boat pancing untuk kembali ke daratan, angin kencang juga telah menyebabkan satu unit boat nelayan Keude Meukek, Kecamatan Meukek terdampar di antara perairan Kepulauan Banyak dengan Keulauan Sawang Bahong, Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (2/12).

Boat pancing milik M Din Us yang dinakodai Saiful warga Keude Meukek itu hingga kemarin masih terdampar. Pihak Panglima Laot Kabupaten, kata M Jamil sudah menghubungi unsur Panglima Laot Kabupaten Aceh Singkil sekaligus meminta bantuan. “Kita juga sudah kirimkan bantuan untuk penjemputan nelayan yang terdampar itu,” katanya.

Kuburan hilang
Sementara itu, Camat Bakongan Timur, Sarmiadi juga melaporkan, selain para nelayan di wilayahnya masih enggan melaut, angin kencang disertai hujan yang terjadi sejak Jumat sore hingga Sabtu dini hari itu, juga memicu tingginya gelombang laut di perairan Bakongan Timur, sehingga mengakibatkan 25 kuburan warga di komplek perkuburan umum Desa Pulo Rayeuk hilang digerus gelombang dengan ketinggian 2-3 meter.

Dikatakan, masyarakat di sekitar desa itu semakin resah. Mereka sangat mengharapkan kepada pemerintah setempat untuk segera menanggulangi abrasi di dekat muara itu yang kini semakin meluas. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan ratusan kubur warga akan hilang ke laut dan perkampungan masyarakat akan terkikis, karena jarak antara bibir pantai dengan pemukiman penduduk hanya tersisa 50 meter lagi.

Sarmiadi mengakui, permohonan masalah pembangunan tanggul di sepanjang pantai itu sudah pernah diusulkan ke instansi terakit, namun hingga kini belum ada realisasinya. “Kita sudah laporkan kembali peristiwa itu ke Dinas PU. Mudah-mudahan masalah itu secepatnya teratasi,” katanya.(az)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar