Minggu, 12 Desember 2010

Ratusan Hektar Tanaman Hancur

Kawanan Gajah Mengamuk

Thu, Dec 9th 2010, 09:20

TAPAKTUAN - Sekawanan gajah liar dalam tiga hari terakhir dilaporkan kembali mengamuk di kawasan pedalaman Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Ratusan hektar tanaman dan sembilan unit gubuk warga berserta isinya hancur diobrak-abrik binatang berbelalai itu.

Kepela Desa Koto, Hibbahir dan Kades Kampung Sawah Mustaruddin, Rabu (8/12) melaporkan, gajah liar tersebut masuk ke sejumlah perkampungan penduduk di delapan desa dalam Kecamatan Kluet Tengah, yakni Desa Koto, Lawe Melang, Kampung Sawah, Kampung Padang, Pulo Air, Aluer Kejruen, Mersak dan Malaka. Selain merusak ratusan hektar tanaman padi, kelapa sawit, pinang, kelapa, pisang, coklat dan tanaman palawija milik warga, binatang berbelalai itu juga menghancur sembilan unit gubuk petani setempat beserta isinya, termasuk beras, susu dan garam. Gubuk yang menjadi sasaran yaitu milik Adisyah, Masripin, Jaluddin, M Hamzah, Hasan Basri, Amin Lubis, Zainal Agara, Cut Bidin, M Din, Nasrun dan Abdul Wahab.

Bukan itu saja, kawanan gajah yang berjumlah antara empat hingga enam ekor itu juga mulai mengejar warga pada malam hari. Hal ini dialami Musbin (47), Urumuddin (54), keduanya warga Desa Koto, Abdul Majid (50) dan M Syukur (30), warga Desa Kampung Padang.

Hibbahir dan Mustaruddin mengakui sudah melakukan pengusiran bersama dengan menyalakan obor dan membunyikan meriam bambu, namun upaya pengusiran secara tradisonal itu belum membuahkan hasil. Malah binatang bertubuh besar itu semakin mengganas dan mengejar-ngejar warga.

Insiden itu, telah membuat para petani dari berbagai desa yang berkebun di kawasan pedalaman itu, terpaksa meninggalkan tanaman garapannya yang siap panen, dan mengungsi ke kampung halamannya masing-masing. Mereka takut akan terulang kembali peristiwa yang menimpa Salehuddin (30) warga Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, yang tewas diinjak gajah liar, akhir Juli 2010 lalu saat sedang memancing ikan bersama temanya di Sungai Lawe Melang.

Didampingi tokoh masyarakat Kluet Tengah, Sadi Amrita Hibbahir dan Mustaruddin mengatakan, keganasan gajah di kawasan pedalaman ini bukan yang pertama, namun sudah berlangsung sejak tahun 2005. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang paling bertanggung terhadap gangguan gajah itu, terkesan belum mengambil langkah antisipasi.”Masyarakat tidak bisa lagi bercocok tanam. Kami mengharapkan kepada pemerintah atau instansi terkait untuk segera menanggulangi gangguan gajah tersebut,” ujar Hibbahir. (az)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar